Pendahuluan
Perencanaan adalah sesuatu yang penting sebelum melakukan sesuatu yang lain. Perencanaan dianggap penting karena akan menjadi penentu dan sekaligus memberi arah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian suatu kerja akan berantakan dan tidak terarah jika tidak ada perencaan yang matang, perencaan yang matang dan disusun dengan baik akan memberi pengaruh terhadap ketercapaian tujuan. Penjelasan ini makin menguatkan alasan akan posisi stragetis perencanaan dalam sebuah lembaga dalam perencanaan merupakan proses yang dikerjakan oleh seseorang manajer dalam usahanya untuk mengarahkan segala kegiatan untuk meraih tujuan.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami perencanaan menentukan berhasil tidaknya suatu program, program yang tidak melalui perencanaan yang baik cenderung gagal. Dalam arti kegiatan sekecil dan sebesar apapun jika tanpa ada perencanaan kemungkinan besar berpeluang untuk gagal.
Hal tersebut juga berlaku dalam sebuah lembaga, seperti lembaga pendidikan, Lembaga pendidikan yang tidak mempunyai perencanaan yang baik akan mengalami kegagalan. Hal ini tentunya makin memperjelas posisi perencanaan dalam sebuah lembaga.
Untuk memperlancar jalannya sebuah lembaga diperlukan perencanaan, dengan perencanaan akan mengarahkan lembaga tersebut menuju tujuan yang tepat dan benar menurut tujuan lembaga itu sendiri. Artinya perencanaan memberi arah bagi ketercapaian tujuan sebuah system, karena pada dasarnya system akan berjalan dengan baik jika ada perencanaan yang matang. Perencanaan dianggap matang dan baik jika memenuhi persyaratan dan unsur-unsur dalam perencanaan itu sendiri.
KAJIAN TEORI
1. Pengertian hakekat perencanaan
Pengertian perencanaan mempunyai beberapa definisi rumusan yang berbeda satu dengan lainnya. Cuningham menyatakan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan dalam pengertian ini menitikberatkan kepada usaha untuk menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.
Definisi lain menyatakan bahwa perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang dengan bagaimana seharusnya yang berkaitan dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program,dan alokasi sumber.
Perencanaan mempunyai makna yang komplek, perencanaan didefinisikan dalam berbagai bentuk tergantung dari sudut pandang, latar belakang yang mempengaruhinya dalam mendefinisikan pengertian perencanaan. Di antara definisi tersebut adalah sebagai berikut:
Menurut prajudi Atmusudirjo perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh siapa, dan bagaimana.
Bintoro Tjokroamidjojo menyatakan bahwa perencanaan dalam arti luas adalah proses memprsiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Muhammad Fakri perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Lebih lanjut Muhammad Fakri menyatakan bahwa perencanaan dapat juga dikatakan sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk mengendalikan masa depan sesuai yang ditentukan. Dari kutipan tersebut dapat dianalisis bahwa dalam menyusun perencanaan perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan masa depan, adanya kegiatan, proses yang sistematis, hasil dan tujuan tertentu.
Kaufman mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan secara sah dan berdaya guna. Dari pendapat Kaufman tersebut dapat dipahami bahwa perencanaan merupakan sesuatu yang menjadi keperluan dalam sebuah system untuk mendukung tercapainya tujuan. Tidak itu saja selain mendukung tercapainya tujuan suatu system maupun lembaga perencanaan yang dipersiapkan hendaknya bermanfaat secara aplikasi, dan lebih penting adalah dikerjakan dan disusun berdasarkan kepatutan serta tidak melanggar norma yang berlaku.
Menurut Kaufman dalam perencanaan mengandung elemen-elemen sebagai berikut,
Mengindentifikasi dan mendokumentasikan kebutuhan.
Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat prioritas.
Memperinci spesifikasi hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang dipioritaskan.
Mengidentifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap alternatif.
Mengidentifikasi strategi alternative yang memungkinkan, termasuk di dalamnya peralatan untuk melengkapi tiap persyaratan untuk mencapai kebutuhan, untung rugi berbagai latar dan strategi yang digunakan.
Uraian tersebut, memperjelas bahwa perencanaan berkaitan dengan pemilihan dan penentuan kebijakan tertentu. Harjanto memberi komentar terhadap pendapat Kaufman bahwa perencanaan merupakan proses untuk menentukan kemana harus melangkah dan mengidentifikasi berbagai persyaratan yang dibutuhkan dengan cara efektif dan efesien.
Harjanto menyatakan bahwa perencanaan mengandung enam pokok pikiran yaitu,
pertama perencaaan melibatkan proses penentapan keadaan masa depan yang diinginkan.
Kedua, keadaan masa depan yang diinginkan dibandingkan dengan kenyataan sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjangannya.
Ketiga, untuk menutup kesenjangan perlu dilakukan usaha-usaha.
Keempat, uasaha untuk menutup kesenjangan tersebut dapat dilakukan derngan berbagai usaha dan alternative.
Kelima, perlu pemilihan alternative yang baik, dalam hal ini mencakup efektifitas dan efesiensi.
Keenam, alternative yang sudah dipilih hendaknya diperinci sehingga dapat menajdi petunjuk dan pedoman dalam pengambilan kebijakan.
Beeby C.E sebagaimanan dikutip oleh Asnawir menyatakan bahwa perencanaan pendidikan adalah penerapan ramalan dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas, ekonomi dan politik, potensi system untuk berkembang, kepentingan Negara dan pelayanan masyarakat yang mencakup dalam system tersebut.
Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa perencanaan merupakan aplikasi dari pemikiran yang tersusun untuk mencapai keinginan bersama. Dengan demikian perencanaan yang di susun merupakan konsep yang aplikatif dan oprasional. Dapat juga merupakan aktifitas untuk mengambil keputusan. Hal senada juga dikatakan oleh George R. Terry bahwa perencanaan merupakan aktifitas pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan, di mana, kapan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang akan melakukan, sehingga tercapainya tujuan yang dinginkan.
Dengan demikian perencanaan adalah usaha untuk menggali siapa yang bertangungjawab terhadap berbagai aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Aktifitas tersebutkan tergambar dalam sebuah perencanaan yang matang dan komprehensif. Hal ini dapat dipahami dari pendapat George R. Terry tersebut. Di sisi lain, perencanaan dapat dikatakan sebagai usaha mencari penangggungjawab terhadap berbagai rumusan kebijakan untuk dilaksanakan bersama sesuai dengan bidang masing-masing.
Asnawir menyatakan perencanaan adalah kegiatan yang harus dilakukan pada tingkat permulaan, dan merupakan aktifitas memikirkan dan memilih rangkaian tindakan yang tertuju pada tercapainya maksud dan tujuan yang ingin dicapai.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk merencanakan segala kegiatannya.” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”(Qs.Al-Hasyr:18). Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa perlunya perencanaan untuk masa depan, apakah untuk diri sendiri, pemimpin keluarga, lembaga, masyarakat maupun sebagai pemimpin Negara.
Allah sebagai pencipta, Allah sebagai Perencana semua makhluk ciptaannya, Allah adalah Maha Merencanakan, Al-Bari, sifat tersebut menjadi inspirasi bagi umat islam terutama para manajer. Karena pada dasarnya manajer yang harus mempunyai banyak konsep tetang manajemen termasuk di dalamnnya perencanaan pemimpin yang baik adalah yang mempunyai visi dan misi, dan membangun kedua hal tersebut agar berjalan sesuai dengan tujuan bersama. Visi dan misi merupakan hasil dari perencanaan yang baik dan matang. Menurut Soejitno Irmin dalam buku Kepmimpinan Melalui Asmaul Husna menyatakan bahwa perencanaan merupakan proses kegiatan yang tertata rapi yang bertahap dan bekelanjutan.
Dari kutipan tersebut dapat dicermati bahwa perencanaan adalah proses yang berkelanjutan, bertahap dan tertata rapi. Artinya perencanaan tidak bersifat mutlak, kaku tetapi ada peluang untuk perbaikan dan sisipan kebijakan baru. Dengan demikian perencanaan adalah proses yang berkelanjutan dalam rangka menyempurnakan aktifitas untuk mewujudkan tujuan bersama.
2. Pentingnya Perencanaan
Perencanaan mempunyai posisi yang penting dalam sebuah organisasi, tanpa adanya perencanaan maka jalannya organisi tidak jelas arah dan tujuannya. Oleh Karena itu perencanaan penting karena pertama dengan adanya perencanaan diharapan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan. kedua dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Ketiga perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternative tentang cara terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik. Keempat dengan perencanaan dapat dilakukan skala prioritas. Kelima, dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan.
Dengan demikian perencanaan mempunyai peranan penting dalam organisasi publik maupun dalam organisasi yang bersifat pribadi. Dengan adanya perencanaan akan dimungkinkan untuk memprediksi kerja dimasa yang akan datang, bahkan akan mampu memprediksi kemungkinan hasil yang akan dicapai.
3. Langkah-langkah dan Tahapan Perencanaan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat perencanaan pendidikan adalah sebagai berikut.
Menetapkan sasa ran atau perangkat tujuan pen didikan Langkah mi berkaitan dengan kebutuhan lembaga pendidikan dan tujuan pendidikan yang hendak dicapal. Dalam penentuan tujuan, disusun pula prioritas utama dan sumber daya yang dimiliki sehingga memudahkan pelaksanaan rencana pendidikan.
Menentukan keadaan, situasi, dan kondisi sekarang perlu diperhatikan sebelum perencanaan dibuat, kemudian diukur menurut kemampuan lembaga pendidikan dan seluruh komponen yang ada secara sistemik
Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat.
Memperkuat semua faktor yang mendukung terlaksananya perencanaan pendidikan dan minimalisasikan semua faktor yang akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Demikian pula, dengan antisipasi terhadap gangguan yang datang secara tidak terduga terhadap kegiatan pendidikan.
Men gembangkan rencana dan menjabarkannnya secara lebih praktis agar dapat dipahami oleh seluruh pelaksana kegiatan dan memudahkan tercapainya sasaran dan tujuan pendidikan. Selain itu, mengembangkan berbagai alternatif yang dapat dijadikan solusi permasalahan yang berkembang ketika rencana sedang dilaksanakan.
Menurut Ngalim Purwanto, langkah-langkah dalam perencanaan Pendidikan, meliputi hal-hal berikut.
Menentukan dan merumuskan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan dalam kependidikan.
Mengumpulkan data dan informasi-informasi yang diperlukan untuk pengembangan pendidikan.
Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan kependidikan.
Merumuskan berbagai solusi dan alternatif pemecahan masalah pendidikan.
Syarat-syarat dalam menyusun rencana pendidikan, yaltu sebagai berikut :
Perencanaan pendidikan harus didasarkan atas tujuan yang jelas. Bersifat sederhana, realistis, dan praktis.
Memuat segala uraian serta kiasifikasi kegiatan dan rangkaian tindakan secara mendetail sehingga mudah dipedomani dan dijalankan.
Memiliki fleksibilitas sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi dan situasi sewaktu-waktu.
Terdapat perimbangan antara bermacam-macam bidang yang akan digarap dalam perencanaan itu, menurut urgensinya masing-masing.
Diusahakan adanya penghematan tenaga, biaya, dan waktu, serta kemungkinan penggunaan sumber-sumber daya dan dana yang tersedia dengan sebaik-baiknya.
Diusahakan agar tidak terjadi penggandaan pelaksanaan kegiatan. Merencanakan berarti pula memikirkan penghematan tenaga, penghematan biaya dan waktu, juga membatasi kesalahankesalahan yang mungkin terjadi dan menghindari adanya pekerjaan rangkap yang dapat merighambat jalannya penyelesaian atau dualisme kepemimpirian dalam satu program yang harus dilaksanakan.
Perencanaan pendidikan dilakukan dengan langkah-langkah benikut :
Penentuan tentang persoalan yang dihadapi, kapan, dan bagaimana cara mengatasinya.
Perumusan tujuan dan tindakan untuk mencapal efektivitas dan efisiensi operasi dalam mewujudkan tujuan dengan menetapkan sasaran-sasaran.
Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang relevan.
Memilih alternatif-alternatif.
Menyusun rencana anggaran biaya.
Menyiapkan dan mengomunikasikan rencana dan keputusankeputusan.
4. PERENCANAAN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
Perencanaan pendidikari adalah tugas seorang manajer yang pada umumnya diperankan oleh supervisor untuk menentukan pilihan dan berbagai alternatf aktivitas pendidikan, kebijaksanaan yang menyangkut pendidikan, prosedur, dan program pendidikan yang akan dHaksanakan. Planning atau perencanaari pendidikan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses perkiraan dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dalam pendidikan unituk masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan y”ang telah ditentukan.
Perencanaan pendidikan di dalamriya.membahas desain kurikulum, penentuan jadwal kegiatan pembelajaran, penentuan tenaga pengajar, pembuatan team teaching, perumusari dan teknik pembuatan satuan acara pembelajaran, strategi pembelajaran. Pola evaluasi, rapat-rapat, dan berbagai kegiatari lainnya yang direncanakan dengan matang.
Secara substansial, perencanaan pendidikan mengandung tiga hal yang mendasar, yaitu: (1) tujuan pendidikan; (2) perhitungan atau pertiinbarigan kebijakan pendidikan; (3) pelaksanaan rencana kependidikan.
Tujuan pendidikan adalah target yang akan dicapal dan pelaksana kegiatan pendidikan. Tujuan dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu:
1. Dilihat dari bobotnya adalah:
Tujuan kuantitatif dalam pendidikan;
Tujuan kualitatif dalam pendidikan.
2. Dilihat dari kepentingannya:
Tujuan pokok dalam pendidikan;
Tujuan sub dan yang pokok dalam pendidikan, yang dilakukan karena adanya tujuan pokoik
Tujuan primer dalam pendidikan;
Sekunder dalam pendidikan
Komplementer dalam pendidikan
Tujuan mutlak dalam pendidikan
Tujuan relatif dalam pendidikan
Tujuan insidental pendidikan.
3. Dilihat dari waktu pelaksanan, tujuan pendidikan yaitu:
Tujuan jangka panjang untuk pendidikan
Tujuan jangka menengah dalam pendidikan
Tujuan jangka pendek dalam pendidikan.
Dalam merumuskan perencanaan pendidikan, ada beberapa hal penting yang penlu diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam kegiatan pendidikan, yaitu:
Rincian seluruh tujuan pendidikan yang berkaitan dengan pilihan masalah yang dihadapi dalam pendidikan
Problem solving atau pemecahan masalah berkaitan dengan pendidikan
Skala prioritas pendidikan
Kebutuhan atau kepentingan pendidikan
Keharusan atau kemauan dalam pendidikan.
Dengan pertimbangan tersebut, perencanaan pendidikan dirumuskan dengan melalui fase-fase yang sistematis, yaitu:
Menyusun tujuan pendidikan, mulai dan yang umum hingga yang khusus dalam kegiatan kependidikan
Menyusun rencana sesuai tujuan pendidikan
Melaksanakan rencana pendidikan yang telah ditetapkan
Melaksanakan pengawasan pendidikan
Mmembuat laporan hasil pelaksanaan pendidikan; dan
Melakukan evaluasi pendidikan.
Dalam perencanaan pendidikan terdapat unsur-unsur yang terdiri atas :
Kenyataan yang dihadapi
Kegiatan yang harus dilaksanakan
Kemampuan melaksanakan rencana pendidikan
Dinamika pelaksanaan semua rencana
Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk pendidikan.
Mempertimbangkan berbagai realitas yang dihadapi sebelum merumuskan perencanaan pendidikan merupakan hal yang amat penting karena perencanaan pendidikan akan berkaitan dengan fasilitas, sarana dan prasarana yang telah dimiliki atau yang belum dimiliki. Dengan demikian, perencanaan pendidikan yang tidak proporsional kan mempersulit terlaksananya kegiatan pendidikan dengan cara yang ektif dan efisien. 1w artinya telah salah dalam mengelola perencanaan :e ndid ikan.
Kebijakan Rencana Startegi Dalam Lembaga Pendidikan
Perencanaan strategi adalah usaha sistematis formal dari suatu perusahaan untuk memperjelas sasaran utama, kebijakan-kebijakan dan strategi. Menurut Asnawir perencanaan startegik adalah proses pemikiran tujuan perusahaan atau organisasi, penentuan kebijakan, dan program yang perlu untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu di susun perencanaan, di antara metode perencanaan strategi adalah sebagai berikut:
pertama pendekatan dari atas ke bawah, biasanya dibuat oleh prusahaan yang bersifat sentralisasi.
Kedua pendekatan dari bawah, yaitu metode rancangan perencanaan darai bawah ke atas.
Ketiga pendekatan interkatif adalah pendekatan manajer dari pusat bersama direksi-direksi berdialog secara terus menrus selama penyusunan rencana, termasuk juga berdialog dengan para staf pusat dan divisi-divisi.
Keempat pendekatan perencanaan secara tim adalah pendekatan yang lebih banyak dilakukan pada perusahaan kecil dan bersifat sentralisasi.
Kelima pendekatan tingkat ganda adalah pendekatan strategi dirumuskan secara independen pada tingkat korporasi dan pada tingkat unit bisnis.
Dalam perencanaan strategi dalam lembaga pendidikan (diambil) contoh adalah perencanaan strategi di perguruan tinggi agama Islam. Di antara kondisi obyektifnya adalah,
pertama profil Pergururn Tinggi Agam Islam,meliputi bidang kelembagaan, bidang ketenagaan, kurikulum, perpustakaan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, kemahasiswaaan, sarana dan prasarana pendidikan.
Kedua kekuatan yang tersedia, meliputi kelembagaan letak geografis, factor hsitoris ketenagaan, kurikulum, perpustakaan, penelitian, penerbitan danpengabdian masyarakat.
Ketiga kelemahan-kelemahan yang masih dipunyai, meliputi persepsi masyarakat, tradisi akademis dan etos kerja, pendanaan, pengembangan sumber daya manusia,otonomi lembaga, ketenagaan, perpustakaan, penelitian, penerbitan, dan pengabdian masyarakat, sarana dan prasarana.
Keempat beberapa peluang yang meliputi kelembagaan, ketenagaan, kurikulum, perpustakaan, penelitian, penerbitan, dan pengabdian kepada masyarakat, kemahasiswaan, saran dan parsarana.
Kelima, tantangan meliputi kelembagaan, ketenagaan, kurikulum, perpustakaan, penelitian, penerbitan dan pengabdian kepada masyarakat, kemahasiswaan, sarana dan prasarana.
Di samping itu perlu diuraikan tahap-tahap strategi seperti arah pengembangan, strategi pengembangan, tahap-tahap pengembangan, selanjutnya bahan-bahan seperti informasi, data yang berkaitan dengan perencanaan ..
Aplikasi Perencanaan
Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, perencanaan lembaga pendidikan sangat komplek dan rumit, untuk itu perlu mengetahui prinsip-prinsip dalam proses aplikasi dan penyusunan rancangannya. Di antara prinsip-prinsip tersebut adalah;
Perencanaan adalah interdisipliner, karena pendidikan sesungguhnya interdispliner terutama yang terkait dengan pembangunan manusia.
Perencanaan bersifat fleksibel, dalam arti tidak kaku tetapi bersifat dinamis serta responsive terhadap tuntutan masyarakat terhadap pendidikan.
Perencanaan itu obyektif rasional, dalam arti untuk kepentingan umum
Perencanaan dunilai dari apa yang sudah dimiliki.
Perencanaan adalah wahana untuk menghimpun kekuatan kekuatan secara terkoordinir.
Perencanaan disusun sesuai dengan data, perencanaan tanpa adata tidak memiliki kekuatan yang dapat diandalkan.
Perencanaan adalah mengendalikan kekuatan sendiri, tidak bersandarkan kepada kekuatan orang lain.
Perencanaan bersifat komprehensif dan ilmiah, dalam arti mencakup aspek esensial pendidikan dan disusun secara sistematik dengan menggunakan prinsip dan konsep keilmuan. Prinsip prinsip tersebut berguna dalam proses perancangan perencanaan lembaga pendidikan .
ANALISIS
Menurut Coom dalam definisi perencanaan pendidikan dibahas paling tidak empat hal sebagai berikut:
pertama tujuan, apakah yang akan dicapai dengan perencanaan itu?
Kedua, status posisi system pendidikan yang ada, bagaimanakah keadaan yang ada sekarang?
Ketiga, kemungkinan pilihan alternative kebijakan dan prioritas untuk mencapai tujuan.
Keempat, strategi.
Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa ada beberapa unsur penting yang terkandung dalam perencanaan pendidikan, yaitu
Pertama penggunaan analisis yang bersifat rasional dan sistematik dalam perencanaan pendidikan, termasuk di dalamnya metodologi dalam perencanaan.
Kedua, proses pembangunan dan pengembangan pendidikan. Artinya adalah perencanaan pendidikan dilakukan dalam rangka perbaikan pendidikan atau reformasi pendidikan.
Ketiga prinsip efektifitas dan efesien, artinya dalam perencanaan pendidikan perlu dipikirkan aspek ekonomis.
Keempat kebutuhan dan tujuan peserta didik dan masyarakat, regional, nasional dan internasional, artinya perencanaan lembaga pendidikan hendaknya mencakup aspek internal dan eksternal dari organisasi sistem lembaga pendidikan. Dengan demikian perencanaan pendidikan sekedar untuk internal lembaga pendidikan, anak didik, lebih dari itu pertimbangan lingkungan masyarakat sebagai pengguna sekaligus penerima hasil perlu dipertimbangkan, termasuki juga kebutuhan regional, nasional dan internasional, ini artinya adalah menyusun perencanaan hendaknya bersifat universal untuk jangka pendek dan jangka panjang yang kesemuanya bermuara kepada kebutuhan dan tujuan universal.
SINTESA
Dalam perencanaan ada tujuh jenis-jenis perencanaan,yang kesemua itu dilihat dari sudut pandang berbeda, di antara jenis-jenis perencanaan tersebut adalah;
Dilihat dari segi waktu, dari segi waktu perencanaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
pertama perencanaan jangka panjang, yang termasuk dalam perencanaan jangka panjang adalah rentang waktu sepuluh sampai tiga puluh tahun. Perencanaan jangka panjang ini bersifat umum, dan belum terperinci.
Kedua, perencanaan jangka menengah, jangka menengah biasanya mempunyai jangka waktu antara lima sampai sepuluh tahun.
Ketiga, perencanaan jangka pendek, yaitu perencanaan yang mempunyai jangka waktu antar satu tahun sampai lima tahun.
Dilihat dari segi sifatnya perencanaan dibagi menjadi dua yaitu :
pertama, perencanaan kuantitatif, yang termasuk perencaan kuantitatif adalah semua target dan sasaran dinyatakan dengan angka-angka.
Kedua, perencanaan kualitatif adalah perencanaaan yang ingin dicapai dinyatakan secara kualitas.
Perencanaan dari segi luas wilayah, perencanaan pendidikan dipandang dari segi luas wilayah dapat dibagi menjadi empat yaitu :
pertama perencanaan local, yaitu perencanaan yang disusun dan ditetapkan oleh lembaga-lembaga yang ada di daerah-daerah dengan sifat yang terbatas.
Kedua, perencanaan regional adalah perencanaan yang ditetap[kan di tingkat propinsi.
ketiga, perencanaan nasional, adalah perencanaan di suatau Negara dan dijadikan dasar untuk perencanaan local dan regional.
Keempat, perencanaan internasional yaitu perencanaan oleh bebebrapa Negara yang melewati batas-batas suatu negara yang dilaksanakan melalui dari Negara-negara tersebut.
Perencanaan dari segi luas jangkauan terbagi menjadi dua yaitu :
pertama, perencanaan makro yaitu perencanaan yang bersifat universal, menyeluruh dan meluas.
Kedua perencanaan mikro adalah perencanaan yang ditetapkan dan di susun berdasarkan kondisi dan situasi tertentu.
Dari segi prioritas pembuatnya perencanaan dapat dibagi menjadi tiga :
pertama perencanaan sentralisasi, yaitu perencanaan yang ditentukan oleh pemerintah pusat pada suatu Negara.
Kedua perencanaan desentralisasi yaitu perencanaan yang di susun oleh masing-masing wilayah.
Ketiga perencanaan dekonsentrasi yaitu perencanaan gabungan antara sentralisasi dengan desentralisasi.
Dari segi obyek perencanaan dibagi menjadi dua:
pertama perencanaan rutin yaitu perencanaan yang di susun untuk jangka waktu tertentu yang dilakukan setiap tahun.
Kedua perencanaan eksendental, yaitu perencanaan yang di susun sesuai dengan kebutuhan yang mendesak pada saat tertentu.
Dari segi proses, perencanaan dapat dibagi menjadi tiga kelompok :
pertama perencanaan filosofikal, yaitu perencanaan yang bersifat umum, hanya berupa konsep-konsep dari nilai yang bersifat ideal dan masih memerlukan penafsiran-penafsiran dalam bentuk program.
Kedua, perencanaan programial adalah perencanaan berupa penjabaran dari perencanaan filosofikal.
Ketiga perencanaan operasional yaitu perencanaan yang jelas dan dapat dilakukan.
Kesimpulan
Dengan demikian perencanaan adalah usaha untuk menggali siapa yang bertangungjawab terhadap berbagai aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Aktifitas tersebutkan tergambar dalam sebuah perencanaan yang matang dan komprehensif. Yang mempunyai tahapan sederhana sebagai berikut : kajian kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, penentuan kebijakan dan prioritas, perumusan program dan proyek kegiatan, pembeiayaan yang rasional dan sesuai dengan sumber alokasi dana yang ada, pelaksanaan rencana, evaluasidan revisi.
DAFTAR PUSTAKA
B. Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran,Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Cuningham, William G, Systematic Planing for Education Change, first Edition, California: Mayfield Publisihing, 1982
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Irmin, Soejitno, Kepemimpinan Melalui Asmaul Husna, Jakarta: Batavia Press, 2005
Makmun, Abin Syamsuddin, dan Saud, Udin Syaefudin, Perencanaan Pendidikan, Bandung: Rosda Karya:2007
Senin, 06 Desember 2010
ANALISIS PERKEMBANGAN KOPERASI ‘‘GEMA SEJAHTERA’’
Ada tujuh komponen dalam BSC Koperasi Gema sejahtera, yaitu: visi, tema strategis (atau area fokus), prinsip strategis, perspektif, sasaran, kaitan, dan ukuran & target.
Visi: Visi Koprasi gema sejahtra secara singkat adalah untuk menjadi “pilihan masyarakat untuk maju, bekerja dan berekreasi”.
Makna dari Visi untuk Maju diartikan koperasi yang mampu bersaing, menguasai pasar dan teknologi, mampu mengakses pelayanan informasi, kreatif, inovatif dan profesional serta berwawasan ke depan yang luas.
Bekerja dan berkreasi dapat diartikan sebagai masyarakat koperasi yang mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi, social dan berkreasi mencari inovasi baru dalam memajukan koerasi dan mampu bersaing dengan koperasi lain.
Misi Koperasi ”Gema sejahtera”
1. Mewujudkan SDM anggota yang memahami dan menjalankan fungsi dan perannya sebagai pemilik, pelanggan, dan partisipan aktif di Koperasi ”Gema sejahtera”.
2. Meringankan beban ekonomi dan meningkatkatkan daya beli anggota
3. Menyediakan kebutuhan anggota..
4. Pengoptimalan, pembenahan, dan pemanfaatan sistem informasi.
5. Menciptakan kondisi aman dan tertib dengan mendukung kinerja organisasi.
6. Mewujudkan hubungan yang harmonis baik internal maupun eksternal dengan meningkatkan kualitas intensitas informasi dengan Koperasi ”Gema sejahtera”
7. Mewujudkan citra Koperasi ”Gema sejahtera” sebagai UKM terfavorit warga.
8. Mewujudkan citra Koperasi ”Gema sejahtera” sebagai rujukan pusat belajar koperasi bagi warga Indonesia.
Tema strategis atau area fokus: Dewan Koprasi menetapkan lima tema strategis atau area fokus sebagai strategi untuk mencapai visi koperasi; ketenteraman warga (community safety), kemandirian koperasi , kemajuan ekonomi (economic development), tranportasi (transportation) dan mereformasi birokrasi (restructuring government).
Prinsip strategis: Penerapan prinsip strategis adalah untuk membantu memastikan bahwa Koperasi Gema Sejahtera akan menjadi pilihan masyarakat. Ada delapan prinsip strategis yang ditetapkan dan disebut Prinsip Pertumbuhan Cerdas (Smart Growth Principles), yaitu:
1. Mempertahankan kapasitas perencanaan penggunaan koperasi
2. Mengupayakan keputusan penggunaan koperasi yang efektif
3. Memperkuat masyarakat melalui koperasi yang sehat
4. Merancang koperasi untuk mendukung kehidupan yang harmonis
5. Melindungi Anggota koperasi
6. Memperluas aneka pilihan Usah
7. Menggunakan investasi publik sebagai katalisator untuk mencapai hasil yang diinginkan
Perspektif: Dengan penekanan pada "keseimbangan", balanced scorecard Koperasi menggunakan empat perspektif untuk menjawab kebutuhan pelayanan yang diinginkan oleh anggota koperasi warga.
1. Perspektif Pelanggan: melayani pelanggan.
Manajer koperasi harus mengetahui apakah koperasi betul-betul memenuhi kebutuhan anggota koperasi. Mereka harus menjawab pertanyaan: Apakah koperasi menyediakan apa yang diinginkan oleh anggota ?
2. Perspektif Proses Internal: Menyediakan pelayanan secara kompetitif.
Manajer koperasi harus berfokus pada tugas penting yang memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan onggota koperasi. Manajer koperasi harus menjawab pertanyaan: Dapatkah koperasi meningkatkan pelayanan dengan mengubah cara pelayanan itu disampaikan?
3. Perspektif Keuangan: Mengelola anggaran secara akuntabel.
Manajer koperasi berfokus pada bagaimana cara memenuhi kebutuhan pelayanan secara efisien. Mereka harus menjawab pertanyaan: Apakah pelayanan yang diberikan telah dilaksanakan dengan biaya yang rendah?
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan: Mengembangkan kapasitas karyawan.
Kemampuan organisasi untuk meningkatkan dan memenuhi permintaan anggota koperasi terkait secara langsung dengan kemampuan karyawan untuk memenuhi permintaan itu. Koperasi harus menjawab pertanyaan: Apakah koperasi menggunakan teknologi yang sesuai dan melakukan pelatihan karyawan untuk kemajuan yang berlanjut?
Tujuan Koperasi Gema sejahtera adalah :memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perkeonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, dan adil .
Sasaran
Koperasi memilih 6 sasaran perusahaan untuk scorecard organisasinya. Setiap sasaran organisasi secara garis besar digambarkan sedemikian sehingga ia memberikan konteks untuk mencapai apa organisasi itu dibentuk. Hubungan antara lima area fokus, empat perspektif dan 6 sasaran organisasi merupakan panduan bagi setiap unit dan karyawan dalam melaksanakan kegiatannya.
Kaitan
Sasaran yang strategis harus saling dihubungkan dalam suatu hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika suatu organisasi memberikan karyawan dengan pelatihan yang perlu untuk “Mempromosikan Pembelajaran & Pertumbuhan”, maka organisasi itu akan dapat “Menyampaikan Pelayanan secara Kompetitif”. Ini akan mempengaruhi kemampuan organisasi itu untuk “Meningkatkan Pelayanan bagi anggota koperasi/ Masyarakat” yang pada akhirnya “Menyediakan Aneka Pilihan Pelayanan”.
Ukuran & Target
Untuk setiap sasaran strategis, ada satu set ukuran dan target strategis. Ini dijabarkan dalam rencana strategis untuk setiap area fokus.
EVALUASI KEBERHASILAN KOPERASI
DILIHAT DARI SISI ANGGOTA
Efek –efek Ekonomis Koperasi
Efek Harga Dan Efek Biaya
Analisis Hubungan Efek Ekonomis Dengan Keberhasilan Koperasi
Penyajian dan Analisis Neraca Pelayanan
Efek –efek Ekonomis Koperasi
Salah satu hubungan yang paling penting yang harus dilakukan koperasi adalah dengan para anggotanya, yang kedudukannya sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Jika koperasi dipandang dari sudut ekonomi, pengertian koperasi dapat dinyatakan dalam criteria indentitas yaitu anggota sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan. Menurut Ropke koperasi adalah suatu organisasi bisnis yang para pemiliknya atau anggotanya adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut.
Efek Harga Dan Efek Biaya
Kemanfatan ekonomis yang dimaksud adalah intensif berupa pelayanan barang-jasa oleh perusahaan koperasi yang efisien, atau adanya pengurangan biaya dan atau diperolehnya harga menguntungkan serta penerimaan bagian keuntungan (SHU) baik dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk barang.
Analisis Hubungan Efek Ekonomis Dengan Keberhasilan Koperasi
Dalam badan usaha koperasi, laba (profit) bukanlah satu-satunya yang dikejar oleh manajemen, melainkan juga aspek pelayanan (benefit oriented). Ditinjau dari konsep koperasi, fungsi laba bagi koperasi tergantung pada besar kecilnya partisipasi ataupun transaksi anggota dengan koperasinya. Semakin tinggi partisipasi anggota, maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima oleh anggotanya.
Keberhasilan koperasi ditentukan oleh salah satu faktornya adalah partisipasi anggota dan partisipasi anggota sangat berhubungan erat dengan efek ekonomis koperasi yaitu manfaat yang didapat oleh anggota tersebut.
Penyajian dan Analisis Neraca Pelayanan
Disebabkan oleh perubahan kebutuhan dari para anggota dan perubahan lingkungan koperasi, terutama tantangan kompetitif, pelayanan koperasi terhadap anggota harus secara kontinu disesuaikan.
Bila koperasi mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota yang lebih besar dari pada pesaingnya, maka tingkat pertisipasi anggota terhadap koprasinya akan meningkat. Untuk meningkatkan pelayanan, koperasi memerlukan informasi-informasi yang datang terutama dari anggota koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan R.S. & Norton, D.P.; The Balanced Scorecard, Translating Strategy into Action, 1996
Mulyadi, Balanced Scorecard, 2001
Vincent Gaspersz; Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma, 2002
Amin Widjaja T.; Memahami Balanced Scorecard, 2002
Sony Yuwono, et.al; Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard, 2003
Tags: EVALUASI KEBERHASILAN KOPERASI DILIHAT DARI SISI ANGGOTA
Ada tujuh komponen dalam BSC Koperasi Gema sejahtera, yaitu: visi, tema strategis (atau area fokus), prinsip strategis, perspektif, sasaran, kaitan, dan ukuran & target.
Visi: Visi Koprasi gema sejahtra secara singkat adalah untuk menjadi “pilihan masyarakat untuk maju, bekerja dan berekreasi”.
Makna dari Visi untuk Maju diartikan koperasi yang mampu bersaing, menguasai pasar dan teknologi, mampu mengakses pelayanan informasi, kreatif, inovatif dan profesional serta berwawasan ke depan yang luas.
Bekerja dan berkreasi dapat diartikan sebagai masyarakat koperasi yang mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi, social dan berkreasi mencari inovasi baru dalam memajukan koerasi dan mampu bersaing dengan koperasi lain.
Misi Koperasi ”Gema sejahtera”
1. Mewujudkan SDM anggota yang memahami dan menjalankan fungsi dan perannya sebagai pemilik, pelanggan, dan partisipan aktif di Koperasi ”Gema sejahtera”.
2. Meringankan beban ekonomi dan meningkatkatkan daya beli anggota
3. Menyediakan kebutuhan anggota..
4. Pengoptimalan, pembenahan, dan pemanfaatan sistem informasi.
5. Menciptakan kondisi aman dan tertib dengan mendukung kinerja organisasi.
6. Mewujudkan hubungan yang harmonis baik internal maupun eksternal dengan meningkatkan kualitas intensitas informasi dengan Koperasi ”Gema sejahtera”
7. Mewujudkan citra Koperasi ”Gema sejahtera” sebagai UKM terfavorit warga.
8. Mewujudkan citra Koperasi ”Gema sejahtera” sebagai rujukan pusat belajar koperasi bagi warga Indonesia.
Tema strategis atau area fokus: Dewan Koprasi menetapkan lima tema strategis atau area fokus sebagai strategi untuk mencapai visi koperasi; ketenteraman warga (community safety), kemandirian koperasi , kemajuan ekonomi (economic development), tranportasi (transportation) dan mereformasi birokrasi (restructuring government).
Prinsip strategis: Penerapan prinsip strategis adalah untuk membantu memastikan bahwa Koperasi Gema Sejahtera akan menjadi pilihan masyarakat. Ada delapan prinsip strategis yang ditetapkan dan disebut Prinsip Pertumbuhan Cerdas (Smart Growth Principles), yaitu:
1. Mempertahankan kapasitas perencanaan penggunaan koperasi
2. Mengupayakan keputusan penggunaan koperasi yang efektif
3. Memperkuat masyarakat melalui koperasi yang sehat
4. Merancang koperasi untuk mendukung kehidupan yang harmonis
5. Melindungi Anggota koperasi
6. Memperluas aneka pilihan Usah
7. Menggunakan investasi publik sebagai katalisator untuk mencapai hasil yang diinginkan
Perspektif: Dengan penekanan pada "keseimbangan", balanced scorecard Koperasi menggunakan empat perspektif untuk menjawab kebutuhan pelayanan yang diinginkan oleh anggota koperasi warga.
1. Perspektif Pelanggan: melayani pelanggan.
Manajer koperasi harus mengetahui apakah koperasi betul-betul memenuhi kebutuhan anggota koperasi. Mereka harus menjawab pertanyaan: Apakah koperasi menyediakan apa yang diinginkan oleh anggota ?
2. Perspektif Proses Internal: Menyediakan pelayanan secara kompetitif.
Manajer koperasi harus berfokus pada tugas penting yang memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan onggota koperasi. Manajer koperasi harus menjawab pertanyaan: Dapatkah koperasi meningkatkan pelayanan dengan mengubah cara pelayanan itu disampaikan?
3. Perspektif Keuangan: Mengelola anggaran secara akuntabel.
Manajer koperasi berfokus pada bagaimana cara memenuhi kebutuhan pelayanan secara efisien. Mereka harus menjawab pertanyaan: Apakah pelayanan yang diberikan telah dilaksanakan dengan biaya yang rendah?
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan: Mengembangkan kapasitas karyawan.
Kemampuan organisasi untuk meningkatkan dan memenuhi permintaan anggota koperasi terkait secara langsung dengan kemampuan karyawan untuk memenuhi permintaan itu. Koperasi harus menjawab pertanyaan: Apakah koperasi menggunakan teknologi yang sesuai dan melakukan pelatihan karyawan untuk kemajuan yang berlanjut?
Tujuan Koperasi Gema sejahtera adalah :memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perkeonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, dan adil .
Sasaran
Koperasi memilih 6 sasaran perusahaan untuk scorecard organisasinya. Setiap sasaran organisasi secara garis besar digambarkan sedemikian sehingga ia memberikan konteks untuk mencapai apa organisasi itu dibentuk. Hubungan antara lima area fokus, empat perspektif dan 6 sasaran organisasi merupakan panduan bagi setiap unit dan karyawan dalam melaksanakan kegiatannya.
Kaitan
Sasaran yang strategis harus saling dihubungkan dalam suatu hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika suatu organisasi memberikan karyawan dengan pelatihan yang perlu untuk “Mempromosikan Pembelajaran & Pertumbuhan”, maka organisasi itu akan dapat “Menyampaikan Pelayanan secara Kompetitif”. Ini akan mempengaruhi kemampuan organisasi itu untuk “Meningkatkan Pelayanan bagi anggota koperasi/ Masyarakat” yang pada akhirnya “Menyediakan Aneka Pilihan Pelayanan”.
Ukuran & Target
Untuk setiap sasaran strategis, ada satu set ukuran dan target strategis. Ini dijabarkan dalam rencana strategis untuk setiap area fokus.
EVALUASI KEBERHASILAN KOPERASI
DILIHAT DARI SISI ANGGOTA
Efek –efek Ekonomis Koperasi
Efek Harga Dan Efek Biaya
Analisis Hubungan Efek Ekonomis Dengan Keberhasilan Koperasi
Penyajian dan Analisis Neraca Pelayanan
Efek –efek Ekonomis Koperasi
Salah satu hubungan yang paling penting yang harus dilakukan koperasi adalah dengan para anggotanya, yang kedudukannya sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Jika koperasi dipandang dari sudut ekonomi, pengertian koperasi dapat dinyatakan dalam criteria indentitas yaitu anggota sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan. Menurut Ropke koperasi adalah suatu organisasi bisnis yang para pemiliknya atau anggotanya adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut.
Efek Harga Dan Efek Biaya
Kemanfatan ekonomis yang dimaksud adalah intensif berupa pelayanan barang-jasa oleh perusahaan koperasi yang efisien, atau adanya pengurangan biaya dan atau diperolehnya harga menguntungkan serta penerimaan bagian keuntungan (SHU) baik dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk barang.
Analisis Hubungan Efek Ekonomis Dengan Keberhasilan Koperasi
Dalam badan usaha koperasi, laba (profit) bukanlah satu-satunya yang dikejar oleh manajemen, melainkan juga aspek pelayanan (benefit oriented). Ditinjau dari konsep koperasi, fungsi laba bagi koperasi tergantung pada besar kecilnya partisipasi ataupun transaksi anggota dengan koperasinya. Semakin tinggi partisipasi anggota, maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima oleh anggotanya.
Keberhasilan koperasi ditentukan oleh salah satu faktornya adalah partisipasi anggota dan partisipasi anggota sangat berhubungan erat dengan efek ekonomis koperasi yaitu manfaat yang didapat oleh anggota tersebut.
Penyajian dan Analisis Neraca Pelayanan
Disebabkan oleh perubahan kebutuhan dari para anggota dan perubahan lingkungan koperasi, terutama tantangan kompetitif, pelayanan koperasi terhadap anggota harus secara kontinu disesuaikan.
Bila koperasi mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota yang lebih besar dari pada pesaingnya, maka tingkat pertisipasi anggota terhadap koprasinya akan meningkat. Untuk meningkatkan pelayanan, koperasi memerlukan informasi-informasi yang datang terutama dari anggota koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan R.S. & Norton, D.P.; The Balanced Scorecard, Translating Strategy into Action, 1996
Mulyadi, Balanced Scorecard, 2001
Vincent Gaspersz; Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma, 2002
Amin Widjaja T.; Memahami Balanced Scorecard, 2002
Sony Yuwono, et.al; Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard, 2003
Tags: EVALUASI KEBERHASILAN KOPERASI DILIHAT DARI SISI ANGGOTA
PROPOSAL RANCANGAN EVALUASI
PROGRAM PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN
KELAS/SUDUT BACA
Tempat :
MADRASAH TSANAWIYAH Al-MUNAWWAROH CILEGON
Jl. H. Leman Pintu Air Gerem Raya Kota Cilegon.Prof.Banten
Tlp: (0254) 572173
A. VlSI
MTs. Al-Munawwaroh menjadi sekolah yang unggul dalam prestasi, dan bertanggung jawab, pelopor dalam IPTEK dan IMTAQ, teladan dalam bersikap dan bertindak .
B. MISI
1. Menciptakan lingkungan sekolah yg aman, educated, ramah, sejuk, damai dan menyenangkan
2. Mengimplementasikan PAIKEM (pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
3. Melengkapi sarana prasarana yang memadai untuk pembelajaran inquiry dan contectual
4. Menciptakan budaya disiplin, hidup bersih toleransi antar warga sekolah
5. Pembiasaan perilaku sosial, tanggung jawab, jujur dan kasih sayang antar sesama warga sekolah
6. Memanfaatkan Teknologi Informasi dalam sistem pembelajaran
7. Menerapkan sistem pembelajaran berbasis keunggulan;keunggulan
8. Menanamkan pola hidup dalam persaingan global.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Membaca merupakan jantung pengetahuan, oleh karena itu kebiasaan membaca
hendaknya ditumbuhkan sejak dini. Kegemaran akan membaca membawa pengaruh yang luar biasa pada perkembangan pengetahuan siswa dalam mengikuti pembelajarandi sekolah.
Sekolah sebagai suatu lembaga formal memiliki peran yang strategis untuk menumbuhkan kebiasaan membaca tersebut. Salah satu upaya yang dapat dikembangkan adalah pemanfaatan perpustakaan sekolah atau sudut baca di dalam
kelas. Beberapa sekolah telah melakukan pengaturan agar siswa dapat menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar.
A. Fokus evaluasi
Evaluasi pelaksanaan Program pemberdayaan perpustakaan kelas/ sudut baca di Mts Al-Munawwaroh Cilegon dengan menggunakan model CIPP (Context, input, process, product)
B. Alasan dilaksanakannya Evaluasi
Program pemberdayaan perpustakaan kelas/sudut baca adalah program yang dilaksanakan sekolah untuk peningkatan minat baca anak, sehingga perlu dilihat efektifitasnya sejauhmana keberhasilan program pemberdayaan perpustakaan kelas untuk siswa.
Dan pengamatan dan penjajakan yang dilakukan sendiri oleh evaluator selama program berlangsung, terlihat ada beberapa indikasi permasalahan seperti masih kurangnya buku bacaan yang harus disediakan. Maka perlu dievaluasi.
C. Tujuan Kegiatan
Tujuan umum:
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan keterlaksanaan program pemberdayaan perpustakaan kelas untuk siswa.
Tujuan Khusus:
Mengetahui tingkat minat baca siswa dalam pemanfaatan buku yang telah disediakan disudut kelas.
Mengetahui sejauh mana keberhasilan program, metoda yang dipakai dalam menjalankan.
D. Pertanyaan Evaluasi
1. Apakah perilaku/aktivitas siswa-siswi berubah akibat dan program yang dijalankan?
2. Apakah semua siswa puas dengan apa yang mereka dapatkan dari program tersebut?
3. Seberapa baik program merespon kebutuhan?
4. Seberapa efisien sumber daya yang digunakan dalam mencapai tujuan dan program?
5. Apakah program yang dijalankan sudah tepat?
6. Siapa sebenarnya yang menjalankan program dan metoda apa yang digunakannya. siswa, masyarakat dan lingkungan (baik sekolah atau luar sekolah)?
E. Metodologi yang Digunakan
Jenis Program
Program pemberdayaan perpustakaan untuk siswa ini dapat digolongkan kedalam program pemprosesan, dimana program ini kegiatan pokoknya adalah mengubah bahan mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai hasil dan proses atau keluaran (output). Melalui program ini siswa yang belum memanfaatkan/membaca buku khususnya buku pelajaran dan laiannya,, setelah mengikuti program menjadi dapat menguasai dengan lancer dengan program tersebut. Program dikatakan sukses apabila siswa telah bisa menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan buku sesuai dengan tujuan program.
Model Evaluasi yang Digunakan
Model yang digunakan dalam evaluasi ini adalah model CIPP (context, input,process, product).
1. Context
Meliputi penggambaran latar belakang program yang dievaluasi, memberikan perkiraan kebutuhan dan tujuan program, menentukan sasaran program, dan menentukan sejauhmana tawaran ini cukup responsif terhadap kebutuhan yang sudah diidentifikasi (Sarah McCann). Periilaian konteks dilakukan untuk menjawab pertanyaan “Apakah tujuan yang ingin dicapai, yang telah dirumuskan dalam program benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat?”
2. Input
Meliputi kegiatan pendeskripsian masukan dan sumberdaya program, membandingkan program yang akan dilakukan dengan program lain, perkiraan untung/rugi, dan melihat alternatif prosedur dan strategi apa yang perlu disarankan dan dipertimbangkan (Guba & Stufflebeam, 1970). Singkatnya, in put merupakan model yang digunakan untuk menentukan bagaimana cara agar penggunaan sumberdaya yang ada bisa mencapai tujuan serta secara esensiaf memberikan informasi tentang apakah perlu mencari bantuan dan pihak lain atau tidak. Aspek input juga membantu menentukan prosedur dan desain untuk mengimplementasikan program.
3. Process
Melihat pada kegagalan-kegagalan selama implementasi, bertindak untuk memperbaiki kualitas proses dan program yang berjalan, serta memberikan informasi sebagai alat untuk menilai apakah sebuah proyek relatif sukses/gagal.
4. Product
Meliputi penentuan dan penilaian dampak umum dan khusus suatu program, mengukur dampak yang terantisipasi, mengidentifikasi dampak yang tak terantisipasi, memperkirakan kebaikan program, serta mengukur efektivitas program. Singkatnya, evaluasi produk didesain untuk mengukur dan menginterpretasikan pencapaian.
Responden atau Sumber Data
1. Person
Sumber data yang digunakan dalam kegiatan evaluasi program pemberdayaan perpustakaan kelas/sudut baca ini adalah peserta/siswa sebagai orang yang merasakan langsung hasil dari program.
2. Place
MADRASAH TSANAWIYAH Al-MUNAWWAROH
Jl. H. Leman Pintu Air Gerem Raya Kota Cilegon Sebagai objek diam : Tempat Pemberdayaan Program perustakaan kelas di Lembaga Pendidikan
Quantum Pustaka
Sebagai objek bergerak: Kegiatan praktek menggunakan bahan pustaka.
3. Paper
Dokumentasi selama kegiatan berlangsung. Diktat, foto, dan lain-lain.
Metode Pengumpulan Data
1. Untuk sumber data person .(orang) digunakan teknik wawancara dan angket.
2. Untuk sumber data place (tempat), digunakan teknik observasi atau pengamatan olehevaluator.
3. Untuk sumber data paper dengan melihat atau mengumpulkan dokumentasi.
Instrumen atau Alat Pengumpul Data
1. Untuk sumber data person (orang) digunakan pedoman wawancara dan angket.
2. Untuk sumber data place (tempat), digunakan lembar observasi.
3. Untuk sumber data paper digunakan dokumen-dokumen yang ada.
4. Prosedur Kerja dan Langkah-Langkah Kegiatan
Agar dalam melaksanakan evaluasi program nantinya lebih terarah dan sistematis maka dibuat langkah kerja atau plan of operation seperti tabel di bawah ini.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Petugas evaluator
2 Penyiapan instrument
3 AnalisisPengolahanData
4 Penyusunan danPenyerahanLaporan
Model evaluasi CIPP
adalah model evaluasi yang tujuannya untuk mengambil keputusan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan suatu program. Model evaluasi CIPP terdiri atas empat jenis evaluasi, yaitu:
A. Context Evaluation (Evaluasi Konteks) Digunakan untuk menganalisis problem yang dihadapi dan kebutuhan dalam altar pendidikan tertentu agar ketimpangan yang terjadi dapat dihilangkan.
B. Input Evaluation (Evaluasi Masukan) Digunakan untuk menilai strategi dan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai obyektif program guna membantu mengambil keputusan dalam memilih strategi dan sumber terbaik dalam keterbatasan.
C. Process Evaluation (Evaluasi Proses)
Digunakan untuk memonitor dan mengontrol proses pelaksanaan program.
Melakukan koreksi dan penyesuaian jika terjadi penyimpangan.
Process Evaluation sama seperti Formative valuation.
D. Product Evaluation (Evaluasi Produk)
Digunakan untuk mengukur kuantitas dan kualitas hasil pelaksanaan program yang hasilnya dibandingkan dengan obyektif dan program.
Hasil dan evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan apakah program diteruskan, dihentikan atau diubah.
Product Evaluation juga digunakan untuk merencanakan program berikutnya. Product Evaluation sama seperti Summative Evaluation.
Seperti layaknya suatu pendekatan dalam ilmu social, CIPP memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
1. Keunggulan model CIPP:
CIPP memiliki pendekatan yang holistik dalam evaluasi, bertujuan memberikan gambaran yang sangat detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dan konteksnya hingga saat proses implementasi.
CIPP memiliki potensi untuk bergerak di wilayah evaluasiformative dan summative. Sehingga sama baiknya dalam membantu melakukan perbaikan selama program berjalan, maupun memberikan informasi final.
2. Kelemahan model CIPP:
Terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataan di lapangan
Kesannya terlalu top down dengan sifat manajerial dalam pendekatannya
Cenderung fokus pada rational management ketimbang mengakui kompleksitas realitas empiris.
(sumber http://fuddin.wordpress.com/2007/07/1 7/evaluasi-program/ http://74.125.1 53.132/search?q=cache:JsJsGXVLTG4J:elisa.ugm.ac.id/files/PSantosojs ipol/YoK3G4xS/Evaluation%2 52 Ofor%2 520 Learning.ppt+model+evaluasi+cipp&cd=5 &h1id&ct=cInk&g1=id&c1ient=flrefox-a)
HASIL EVALUASI
SITUASI SEBELUM INISIATIF
Kondisi perpustakaan yang di sekolah umumnya sangat memprihatinkan, tidak
hanya pada keadaan fisik ruang perpustakaan semata tetapi juga pada koleksi
buku yang tersedia, pengelolaan, dan pemanfaatannya. Umumnya ruang
perpustakaan ditempatkan di ruang yang sempit, kotor dan tidak ada perawatan
yang memadai atau bahkan sekolah tidak mempunyai perpustakaan sama sekali.
Sebelum adanya inisiatif sekolah tidak memiliki ruang perpustakaan sama sekali.
Buku pelajaran hanya disimpan dalam lemari di kelas. Pemanfaatan buku sangat
jarang dilakukan oleh guru. Biasanya buku yang tersedia hanya buku paket yang
digunakan hanya pada matapelajaran tertentu saja. Kalau pun ada variasi lain dari
jenis buku yang tersedia, maka hal tersebut sangat sedikit baik dari sisi jumlah
maupun jenisnya.
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM
INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
Maksud dan Tujuan
Dengan melihat kondisi faktual yang ada di sekolah, beberapa kepala sekolah
berinisiatif untuk melakukan perubahan. Berbagai strategi dipikirkan agar maksud
tersebut dapat dilaksanakan dengan tujuan:
Pengadaan ruang perpustakaan atau sudut baca di dalam kelas
Penambahan koleksi buku melalui pembelian oleh sekolah maupun mengadakansumbangan dari komite, pihak swasta maupun orang tua siswa
Pemanfaatan semaksimal mungkin buku bacaan oleh siswa dan guru
Peningkatan pengelolaan yang tertib atau pengorganisasian perpustakaan
Pola Pikir dan Pelaksanaan
Berdasarkan maksud dan tujuan di atas, maka sekolah memikirkan serangkaian
langkah strategis yang dapat digunakan. Adapun langkah-langkah yang diambil
antara lain adalah:
Kepala Sekolah melakukan sosialisasi ide dalam pertemuan antara warga sekolah dengan wali murid.
Kepala sekolah meminta guru untuk mempersiapkan tempat yang dapat digunakansebagai sudut baca dalam kelas berupa meja yang diletakkan di sudut kelas dan menata buku yang berada dalam lemari di sudut baca tersebut. Hal ini dilakukan agar buku bacaan semakin didekatkan pada siswa sehingga mereka dapat dengan mudah memanfaatkannya.
Kepala Sekolah mengambil kebijakan membeli buku untuk menambah koleksi yang sudah ada dan menghimbau kepada wali murid pada saat sosialisasi untuk turut serta menyumbangkan buku ke sekolah.
Buku-buku bacaan yang didekatkan ke siswa dalam bentuk sudut baca di kelas
Kepala Sekolah bersama guru dan wali murid bersepakat meluncurkan suatuprogram pembiasaan membaca bagi siswa yaitu membaca senyap yang dilakukan setiap hari, 15 menit sebelum pelajaran dimulai.
Kepala Sekolah bersama komite dan orang tua siswa menyepakati bagaimanameningkatkan perpustakaan sekolah dan sudut baca di kelas.
PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN DAN SUDUT BACA DI SEKOLAH
Murid
memanfaatkan
perpustakaan
dalam waktu istirahat
HASIL YANG DICAPAI
Melalui berbagai inovasi yang dilakukan kepala sekolah bersama stakeholder
dalam pemberdayaan perpustakaan/sudut baca maka hasil yang dicapai sebagai
berikut:
Minat baca siswa meningkat, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya permintaansiswa pada sekolah untuk menambah koleksi buku bacaan
Semakin banyaknya sumber belajar yang dapat digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran
Adanya rasa sungkan dari siswa kalau waktu istirahat hanya dipakai untuk bermain, sedangkan teman lainnya mengambil buku dan serius membaca
Banyak ide dan kreatifitas siswa yang diperoleh dari buku yang mereka baca
PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
Keberhasilan yang telah dicapai dalam pemberdayaan perpustakaan/sudut baca
di beberapa sekolah dapat memberikan inspirasi bahwa:
Walau dengan menggunakan biaya yang minim dapat memberikan hasil yang optimal
Inisiatif kepala sekolah untuk memanfaatkan ruang kelas dan koridor sebagai ruang baca
Pemberdayaan guru untuk mengelola dan memanfaatkan perpustakaan/sudutbaca
KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Dengan memperhatikan hasil yang
positif dari program pemberdayaan
perpustakaan/sudut baca, maka kemungkinan
keberlanjutan program ini sangat besar.
Penyusunan program yang diinisiasi oleh
kepala sekolah dengan melibatkan guru
dan stakeholder, memungkinkan program
pemberdayaan ini dimodifikasi ke arah
yang lebih baik.
KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
Berdasarkan kemudahan langkah-langkah yang diambil dan banyaknya manfaat
yang didapatkan untuk meningkatkan kualitas siswa melalui kebiasaan membaca,
maka kemungkinan penyebarluasan pemberdayaan perpustakaan/sudut baca ini
untuk dilakukan di kabupaten/kota lainnya sangat besar.
(Sumber : Modul Kursus tertulis Bina Pustaka Jakarta 2009/2010).
PROGRAM PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN
KELAS/SUDUT BACA
Tempat :
MADRASAH TSANAWIYAH Al-MUNAWWAROH CILEGON
Jl. H. Leman Pintu Air Gerem Raya Kota Cilegon.Prof.Banten
Tlp: (0254) 572173
A. VlSI
MTs. Al-Munawwaroh menjadi sekolah yang unggul dalam prestasi, dan bertanggung jawab, pelopor dalam IPTEK dan IMTAQ, teladan dalam bersikap dan bertindak .
B. MISI
1. Menciptakan lingkungan sekolah yg aman, educated, ramah, sejuk, damai dan menyenangkan
2. Mengimplementasikan PAIKEM (pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
3. Melengkapi sarana prasarana yang memadai untuk pembelajaran inquiry dan contectual
4. Menciptakan budaya disiplin, hidup bersih toleransi antar warga sekolah
5. Pembiasaan perilaku sosial, tanggung jawab, jujur dan kasih sayang antar sesama warga sekolah
6. Memanfaatkan Teknologi Informasi dalam sistem pembelajaran
7. Menerapkan sistem pembelajaran berbasis keunggulan;keunggulan
8. Menanamkan pola hidup dalam persaingan global.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Membaca merupakan jantung pengetahuan, oleh karena itu kebiasaan membaca
hendaknya ditumbuhkan sejak dini. Kegemaran akan membaca membawa pengaruh yang luar biasa pada perkembangan pengetahuan siswa dalam mengikuti pembelajarandi sekolah.
Sekolah sebagai suatu lembaga formal memiliki peran yang strategis untuk menumbuhkan kebiasaan membaca tersebut. Salah satu upaya yang dapat dikembangkan adalah pemanfaatan perpustakaan sekolah atau sudut baca di dalam
kelas. Beberapa sekolah telah melakukan pengaturan agar siswa dapat menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar.
A. Fokus evaluasi
Evaluasi pelaksanaan Program pemberdayaan perpustakaan kelas/ sudut baca di Mts Al-Munawwaroh Cilegon dengan menggunakan model CIPP (Context, input, process, product)
B. Alasan dilaksanakannya Evaluasi
Program pemberdayaan perpustakaan kelas/sudut baca adalah program yang dilaksanakan sekolah untuk peningkatan minat baca anak, sehingga perlu dilihat efektifitasnya sejauhmana keberhasilan program pemberdayaan perpustakaan kelas untuk siswa.
Dan pengamatan dan penjajakan yang dilakukan sendiri oleh evaluator selama program berlangsung, terlihat ada beberapa indikasi permasalahan seperti masih kurangnya buku bacaan yang harus disediakan. Maka perlu dievaluasi.
C. Tujuan Kegiatan
Tujuan umum:
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan keterlaksanaan program pemberdayaan perpustakaan kelas untuk siswa.
Tujuan Khusus:
Mengetahui tingkat minat baca siswa dalam pemanfaatan buku yang telah disediakan disudut kelas.
Mengetahui sejauh mana keberhasilan program, metoda yang dipakai dalam menjalankan.
D. Pertanyaan Evaluasi
1. Apakah perilaku/aktivitas siswa-siswi berubah akibat dan program yang dijalankan?
2. Apakah semua siswa puas dengan apa yang mereka dapatkan dari program tersebut?
3. Seberapa baik program merespon kebutuhan?
4. Seberapa efisien sumber daya yang digunakan dalam mencapai tujuan dan program?
5. Apakah program yang dijalankan sudah tepat?
6. Siapa sebenarnya yang menjalankan program dan metoda apa yang digunakannya. siswa, masyarakat dan lingkungan (baik sekolah atau luar sekolah)?
E. Metodologi yang Digunakan
Jenis Program
Program pemberdayaan perpustakaan untuk siswa ini dapat digolongkan kedalam program pemprosesan, dimana program ini kegiatan pokoknya adalah mengubah bahan mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai hasil dan proses atau keluaran (output). Melalui program ini siswa yang belum memanfaatkan/membaca buku khususnya buku pelajaran dan laiannya,, setelah mengikuti program menjadi dapat menguasai dengan lancer dengan program tersebut. Program dikatakan sukses apabila siswa telah bisa menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan buku sesuai dengan tujuan program.
Model Evaluasi yang Digunakan
Model yang digunakan dalam evaluasi ini adalah model CIPP (context, input,process, product).
1. Context
Meliputi penggambaran latar belakang program yang dievaluasi, memberikan perkiraan kebutuhan dan tujuan program, menentukan sasaran program, dan menentukan sejauhmana tawaran ini cukup responsif terhadap kebutuhan yang sudah diidentifikasi (Sarah McCann). Periilaian konteks dilakukan untuk menjawab pertanyaan “Apakah tujuan yang ingin dicapai, yang telah dirumuskan dalam program benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat?”
2. Input
Meliputi kegiatan pendeskripsian masukan dan sumberdaya program, membandingkan program yang akan dilakukan dengan program lain, perkiraan untung/rugi, dan melihat alternatif prosedur dan strategi apa yang perlu disarankan dan dipertimbangkan (Guba & Stufflebeam, 1970). Singkatnya, in put merupakan model yang digunakan untuk menentukan bagaimana cara agar penggunaan sumberdaya yang ada bisa mencapai tujuan serta secara esensiaf memberikan informasi tentang apakah perlu mencari bantuan dan pihak lain atau tidak. Aspek input juga membantu menentukan prosedur dan desain untuk mengimplementasikan program.
3. Process
Melihat pada kegagalan-kegagalan selama implementasi, bertindak untuk memperbaiki kualitas proses dan program yang berjalan, serta memberikan informasi sebagai alat untuk menilai apakah sebuah proyek relatif sukses/gagal.
4. Product
Meliputi penentuan dan penilaian dampak umum dan khusus suatu program, mengukur dampak yang terantisipasi, mengidentifikasi dampak yang tak terantisipasi, memperkirakan kebaikan program, serta mengukur efektivitas program. Singkatnya, evaluasi produk didesain untuk mengukur dan menginterpretasikan pencapaian.
Responden atau Sumber Data
1. Person
Sumber data yang digunakan dalam kegiatan evaluasi program pemberdayaan perpustakaan kelas/sudut baca ini adalah peserta/siswa sebagai orang yang merasakan langsung hasil dari program.
2. Place
MADRASAH TSANAWIYAH Al-MUNAWWAROH
Jl. H. Leman Pintu Air Gerem Raya Kota Cilegon Sebagai objek diam : Tempat Pemberdayaan Program perustakaan kelas di Lembaga Pendidikan
Quantum Pustaka
Sebagai objek bergerak: Kegiatan praktek menggunakan bahan pustaka.
3. Paper
Dokumentasi selama kegiatan berlangsung. Diktat, foto, dan lain-lain.
Metode Pengumpulan Data
1. Untuk sumber data person .(orang) digunakan teknik wawancara dan angket.
2. Untuk sumber data place (tempat), digunakan teknik observasi atau pengamatan olehevaluator.
3. Untuk sumber data paper dengan melihat atau mengumpulkan dokumentasi.
Instrumen atau Alat Pengumpul Data
1. Untuk sumber data person (orang) digunakan pedoman wawancara dan angket.
2. Untuk sumber data place (tempat), digunakan lembar observasi.
3. Untuk sumber data paper digunakan dokumen-dokumen yang ada.
4. Prosedur Kerja dan Langkah-Langkah Kegiatan
Agar dalam melaksanakan evaluasi program nantinya lebih terarah dan sistematis maka dibuat langkah kerja atau plan of operation seperti tabel di bawah ini.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Petugas evaluator
2 Penyiapan instrument
3 AnalisisPengolahanData
4 Penyusunan danPenyerahanLaporan
Model evaluasi CIPP
adalah model evaluasi yang tujuannya untuk mengambil keputusan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan suatu program. Model evaluasi CIPP terdiri atas empat jenis evaluasi, yaitu:
A. Context Evaluation (Evaluasi Konteks) Digunakan untuk menganalisis problem yang dihadapi dan kebutuhan dalam altar pendidikan tertentu agar ketimpangan yang terjadi dapat dihilangkan.
B. Input Evaluation (Evaluasi Masukan) Digunakan untuk menilai strategi dan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai obyektif program guna membantu mengambil keputusan dalam memilih strategi dan sumber terbaik dalam keterbatasan.
C. Process Evaluation (Evaluasi Proses)
Digunakan untuk memonitor dan mengontrol proses pelaksanaan program.
Melakukan koreksi dan penyesuaian jika terjadi penyimpangan.
Process Evaluation sama seperti Formative valuation.
D. Product Evaluation (Evaluasi Produk)
Digunakan untuk mengukur kuantitas dan kualitas hasil pelaksanaan program yang hasilnya dibandingkan dengan obyektif dan program.
Hasil dan evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan apakah program diteruskan, dihentikan atau diubah.
Product Evaluation juga digunakan untuk merencanakan program berikutnya. Product Evaluation sama seperti Summative Evaluation.
Seperti layaknya suatu pendekatan dalam ilmu social, CIPP memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
1. Keunggulan model CIPP:
CIPP memiliki pendekatan yang holistik dalam evaluasi, bertujuan memberikan gambaran yang sangat detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dan konteksnya hingga saat proses implementasi.
CIPP memiliki potensi untuk bergerak di wilayah evaluasiformative dan summative. Sehingga sama baiknya dalam membantu melakukan perbaikan selama program berjalan, maupun memberikan informasi final.
2. Kelemahan model CIPP:
Terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataan di lapangan
Kesannya terlalu top down dengan sifat manajerial dalam pendekatannya
Cenderung fokus pada rational management ketimbang mengakui kompleksitas realitas empiris.
(sumber http://fuddin.wordpress.com/2007/07/1 7/evaluasi-program/ http://74.125.1 53.132/search?q=cache:JsJsGXVLTG4J:elisa.ugm.ac.id/files/PSantosojs ipol/YoK3G4xS/Evaluation%2 52 Ofor%2 520 Learning.ppt+model+evaluasi+cipp&cd=5 &h1id&ct=cInk&g1=id&c1ient=flrefox-a)
HASIL EVALUASI
SITUASI SEBELUM INISIATIF
Kondisi perpustakaan yang di sekolah umumnya sangat memprihatinkan, tidak
hanya pada keadaan fisik ruang perpustakaan semata tetapi juga pada koleksi
buku yang tersedia, pengelolaan, dan pemanfaatannya. Umumnya ruang
perpustakaan ditempatkan di ruang yang sempit, kotor dan tidak ada perawatan
yang memadai atau bahkan sekolah tidak mempunyai perpustakaan sama sekali.
Sebelum adanya inisiatif sekolah tidak memiliki ruang perpustakaan sama sekali.
Buku pelajaran hanya disimpan dalam lemari di kelas. Pemanfaatan buku sangat
jarang dilakukan oleh guru. Biasanya buku yang tersedia hanya buku paket yang
digunakan hanya pada matapelajaran tertentu saja. Kalau pun ada variasi lain dari
jenis buku yang tersedia, maka hal tersebut sangat sedikit baik dari sisi jumlah
maupun jenisnya.
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM
INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
Maksud dan Tujuan
Dengan melihat kondisi faktual yang ada di sekolah, beberapa kepala sekolah
berinisiatif untuk melakukan perubahan. Berbagai strategi dipikirkan agar maksud
tersebut dapat dilaksanakan dengan tujuan:
Pengadaan ruang perpustakaan atau sudut baca di dalam kelas
Penambahan koleksi buku melalui pembelian oleh sekolah maupun mengadakansumbangan dari komite, pihak swasta maupun orang tua siswa
Pemanfaatan semaksimal mungkin buku bacaan oleh siswa dan guru
Peningkatan pengelolaan yang tertib atau pengorganisasian perpustakaan
Pola Pikir dan Pelaksanaan
Berdasarkan maksud dan tujuan di atas, maka sekolah memikirkan serangkaian
langkah strategis yang dapat digunakan. Adapun langkah-langkah yang diambil
antara lain adalah:
Kepala Sekolah melakukan sosialisasi ide dalam pertemuan antara warga sekolah dengan wali murid.
Kepala sekolah meminta guru untuk mempersiapkan tempat yang dapat digunakansebagai sudut baca dalam kelas berupa meja yang diletakkan di sudut kelas dan menata buku yang berada dalam lemari di sudut baca tersebut. Hal ini dilakukan agar buku bacaan semakin didekatkan pada siswa sehingga mereka dapat dengan mudah memanfaatkannya.
Kepala Sekolah mengambil kebijakan membeli buku untuk menambah koleksi yang sudah ada dan menghimbau kepada wali murid pada saat sosialisasi untuk turut serta menyumbangkan buku ke sekolah.
Buku-buku bacaan yang didekatkan ke siswa dalam bentuk sudut baca di kelas
Kepala Sekolah bersama guru dan wali murid bersepakat meluncurkan suatuprogram pembiasaan membaca bagi siswa yaitu membaca senyap yang dilakukan setiap hari, 15 menit sebelum pelajaran dimulai.
Kepala Sekolah bersama komite dan orang tua siswa menyepakati bagaimanameningkatkan perpustakaan sekolah dan sudut baca di kelas.
PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN DAN SUDUT BACA DI SEKOLAH
Murid
memanfaatkan
perpustakaan
dalam waktu istirahat
HASIL YANG DICAPAI
Melalui berbagai inovasi yang dilakukan kepala sekolah bersama stakeholder
dalam pemberdayaan perpustakaan/sudut baca maka hasil yang dicapai sebagai
berikut:
Minat baca siswa meningkat, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya permintaansiswa pada sekolah untuk menambah koleksi buku bacaan
Semakin banyaknya sumber belajar yang dapat digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran
Adanya rasa sungkan dari siswa kalau waktu istirahat hanya dipakai untuk bermain, sedangkan teman lainnya mengambil buku dan serius membaca
Banyak ide dan kreatifitas siswa yang diperoleh dari buku yang mereka baca
PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
Keberhasilan yang telah dicapai dalam pemberdayaan perpustakaan/sudut baca
di beberapa sekolah dapat memberikan inspirasi bahwa:
Walau dengan menggunakan biaya yang minim dapat memberikan hasil yang optimal
Inisiatif kepala sekolah untuk memanfaatkan ruang kelas dan koridor sebagai ruang baca
Pemberdayaan guru untuk mengelola dan memanfaatkan perpustakaan/sudutbaca
KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Dengan memperhatikan hasil yang
positif dari program pemberdayaan
perpustakaan/sudut baca, maka kemungkinan
keberlanjutan program ini sangat besar.
Penyusunan program yang diinisiasi oleh
kepala sekolah dengan melibatkan guru
dan stakeholder, memungkinkan program
pemberdayaan ini dimodifikasi ke arah
yang lebih baik.
KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
Berdasarkan kemudahan langkah-langkah yang diambil dan banyaknya manfaat
yang didapatkan untuk meningkatkan kualitas siswa melalui kebiasaan membaca,
maka kemungkinan penyebarluasan pemberdayaan perpustakaan/sudut baca ini
untuk dilakukan di kabupaten/kota lainnya sangat besar.
(Sumber : Modul Kursus tertulis Bina Pustaka Jakarta 2009/2010).
PROSES PERENCANAAN
DefinisiPerencanaan
Pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.
Perencanaan yang baik mempertimbangkan :
1. Kondisi mendatang
2. Kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Periode sekarang rencana dibuat
Kebutuhan perencanaan berada pada semua tingkatan organisasi.
Manajemen puncak
Perncanaan jangka panjang dan strategi-strategi organisasi
Manajemen bawah
Perencanaan jangka pendek dan pada kelompok kerja/unit
Perencanaan : Suatu proses yang tidak berakhir Perencanaan kembali
Perencanaan bersifat “ fleksibilitas, aktif, dinamis, berkesinambungan dan kreatif “
Aspek penting dalam perencanaan :
1. Pembuatan keputusan
2. Proses pengembangan dan
3. Penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan masalah
Jenis Rencana
Organisasi menggunakan dua rencana utama :
1. Rencana strategic
2. Rencana operasional
Hierarki Rencana
Diciptakan oleh
pendiri, dewan direksi Penetapan Misi
Atau para manajer
puncak
Manajemen puncak Tujuan Strategik Rencana Strategik
dan menengah
Manajer lini- Tujuan Operasional Rencana Operasional
pertama dan
menengah
Rencana operasional tumbah dari rencana strategic dan pernyataan misi, terdapat empat pokok perbedaan antara rencana strategic dan operasional :
1. Horison waktu
2. Ruang lingkup
3. Kerumitan dan dampak
4. Ketidaktergantungan
Tahap Dasar Perencanaan
Tahap 1 : Menetapkan keadaan saat ini
Tahap 2 : Merumuskan keadaan saat ini
Tahap 3 : Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
Tahap 4 : Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
pencapaian tujuan
Empat Tahap Dasar Perencanaan
Tahap 1 Tahap 2 Tahap3 Tahap 4
Menetapkan Merumuskan Identifikasi Pengembangan Tujuan
Tujuan keadaan Kemudahan kegiatan
Hambatan
Alasan Perlu Perencanaan
1. Protective benefits yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan
2. Positive benefits dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.
Lingkungan Lingkungan
Reaksi Rencana
Manajemen Lingkungan Manajemen
Reaksi Rencana
Lingkungan Lingkungan
Manajemen sebagai reaktor pasif Manajemen sebagai dinamis, aktif,
dan kreatif
Manfaat Perencanaan
1. Membantu Manajemen menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
2. Membantu dalam kristalisasi persesuaian masalah utama
3. Memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas
4. Membantu penempatan tanggung jawab lebih cepat
5. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi
6. Memudahkan dalam koordinasi di antara berbagai bagian organisasi
7. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami
8. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
9. Menghemat waktu, usaha, waktu dan dana
Kelemahan Perencanaan
1. Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan pada kontribusi nyata.
2. Perencanaan cenderung menunda kegiatan
3. Perencanaan mungkin terlalu membatasi Manajemen untuk berinisiatif dan inovasi
4. Terkadang hasil terbaik diperoleh dari penyelesaian situasi individual dan penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi
5. Ada rencana yang diikuti cara-cara yang tidak konsisten
Perencanaan tetap harus dilakukan oleh suatu organisasi
Hubungan Perencanaan Dengan Fungsi Manajemen
Perencanaan adalah fungsi yang paling dan da meresap ke seluruh fungsi-fungsi Manajemen ; Saling berhubung, Slaing tergantung dan berinteraksi.
Bagaimana perencanaan dihubungkan dengan fungsi manajemen
Pengawasan
Pengorgani- Penyusunan Pengarahan
sasian personalia
Perencanaan
Contoh hubungan :
Proses pengaturan kerja bersama sumber daya organisasi
Penyusunan personalia
Penerapan dan menentukan kombinasi dari factor, kekuatan, sumber daya dan hubungan mengarahkan dan memotivasi karyawan
Pengawasan sebagai kreteria penilaian pelaksanaan kerja terhadap rencana
Menurut Donald C. Mosley dan Paul H. Pietri : The Art Of Working With And Through People, 1975.
Perencanaan dan pengawasan saling berhubungan erat ; Dalam Manajemen disebut
“ Kembar Siam “
Tujuan setiap rencana adalah membantu sumber daya dalam kontribusinya secara positif terhadap pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Rencana Rencana baru Rencana baru
(sistesa) (sistesa)
Pengawasan Pengawasan Pengawasan
Para manajer harus dapat menentukan hubungan-hubungan organisasi, kualifikasi personalia, bagaimana bawahan diarahkan dan cara pengawasan yang diterapkan.
Tipe Perencanaan Dan Rencana
Proses dasar perencanaan setiap manajer sama, pada prakteknya dapat mengambil berbagai bentuk, hal ini disebabkan oleh :
1. Perbedaan tipe organisasi : Misi berbeda : Pendekatan perencanaan berbeda
2. Dalam suatu organisasi yang sama dibutuhkan tipr perencanaan yang berbeda untuk waktu yang berbeda
3. Manajer-manajer yang berlainan akan mempunyai gaya perencanaan yang berbeda.
Klasifikasi dasar rencana – rencana :
1. Bidang fungsional
Produksi, pemasaran, keuangan dan personalia
2. Tingkatan organisasional
Keseluruhan organisasi dan satuan kerja organisasi
3. Karakteristik (sifat) rencana
Kompleksitas, fleksibilitas, keformalan, kerahasiaan, biaya, rasionalitas, kuantitatif dan kualitatif
4. Waktu
Rencana jangka pendek, menegah dan jangka panjang
5. Unsur – unsur rencana
Dalam wujud anggaran, program, proses, kebijaksanaan, pengembangan dll.
Tipe utama rencana :
1. Rencana strategic
Strategi adalah program umum untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi dalam pelaksanaan misi.
Terdapat peranan aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh manajer dalam perumusan strategi organisasi.
2. Rencana operasional
a. Rencana sekali pakai
b. Rencana tetap
DefinisiPerencanaan
Pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.
Perencanaan yang baik mempertimbangkan :
1. Kondisi mendatang
2. Kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Periode sekarang rencana dibuat
Kebutuhan perencanaan berada pada semua tingkatan organisasi.
Manajemen puncak
Perncanaan jangka panjang dan strategi-strategi organisasi
Manajemen bawah
Perencanaan jangka pendek dan pada kelompok kerja/unit
Perencanaan : Suatu proses yang tidak berakhir Perencanaan kembali
Perencanaan bersifat “ fleksibilitas, aktif, dinamis, berkesinambungan dan kreatif “
Aspek penting dalam perencanaan :
1. Pembuatan keputusan
2. Proses pengembangan dan
3. Penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan masalah
Jenis Rencana
Organisasi menggunakan dua rencana utama :
1. Rencana strategic
2. Rencana operasional
Hierarki Rencana
Diciptakan oleh
pendiri, dewan direksi Penetapan Misi
Atau para manajer
puncak
Manajemen puncak Tujuan Strategik Rencana Strategik
dan menengah
Manajer lini- Tujuan Operasional Rencana Operasional
pertama dan
menengah
Rencana operasional tumbah dari rencana strategic dan pernyataan misi, terdapat empat pokok perbedaan antara rencana strategic dan operasional :
1. Horison waktu
2. Ruang lingkup
3. Kerumitan dan dampak
4. Ketidaktergantungan
Tahap Dasar Perencanaan
Tahap 1 : Menetapkan keadaan saat ini
Tahap 2 : Merumuskan keadaan saat ini
Tahap 3 : Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
Tahap 4 : Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
pencapaian tujuan
Empat Tahap Dasar Perencanaan
Tahap 1 Tahap 2 Tahap3 Tahap 4
Menetapkan Merumuskan Identifikasi Pengembangan Tujuan
Tujuan keadaan Kemudahan kegiatan
Hambatan
Alasan Perlu Perencanaan
1. Protective benefits yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan
2. Positive benefits dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.
Lingkungan Lingkungan
Reaksi Rencana
Manajemen Lingkungan Manajemen
Reaksi Rencana
Lingkungan Lingkungan
Manajemen sebagai reaktor pasif Manajemen sebagai dinamis, aktif,
dan kreatif
Manfaat Perencanaan
1. Membantu Manajemen menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
2. Membantu dalam kristalisasi persesuaian masalah utama
3. Memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas
4. Membantu penempatan tanggung jawab lebih cepat
5. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi
6. Memudahkan dalam koordinasi di antara berbagai bagian organisasi
7. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami
8. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
9. Menghemat waktu, usaha, waktu dan dana
Kelemahan Perencanaan
1. Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan pada kontribusi nyata.
2. Perencanaan cenderung menunda kegiatan
3. Perencanaan mungkin terlalu membatasi Manajemen untuk berinisiatif dan inovasi
4. Terkadang hasil terbaik diperoleh dari penyelesaian situasi individual dan penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi
5. Ada rencana yang diikuti cara-cara yang tidak konsisten
Perencanaan tetap harus dilakukan oleh suatu organisasi
Hubungan Perencanaan Dengan Fungsi Manajemen
Perencanaan adalah fungsi yang paling dan da meresap ke seluruh fungsi-fungsi Manajemen ; Saling berhubung, Slaing tergantung dan berinteraksi.
Bagaimana perencanaan dihubungkan dengan fungsi manajemen
Pengawasan
Pengorgani- Penyusunan Pengarahan
sasian personalia
Perencanaan
Contoh hubungan :
Proses pengaturan kerja bersama sumber daya organisasi
Penyusunan personalia
Penerapan dan menentukan kombinasi dari factor, kekuatan, sumber daya dan hubungan mengarahkan dan memotivasi karyawan
Pengawasan sebagai kreteria penilaian pelaksanaan kerja terhadap rencana
Menurut Donald C. Mosley dan Paul H. Pietri : The Art Of Working With And Through People, 1975.
Perencanaan dan pengawasan saling berhubungan erat ; Dalam Manajemen disebut
“ Kembar Siam “
Tujuan setiap rencana adalah membantu sumber daya dalam kontribusinya secara positif terhadap pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Rencana Rencana baru Rencana baru
(sistesa) (sistesa)
Pengawasan Pengawasan Pengawasan
Para manajer harus dapat menentukan hubungan-hubungan organisasi, kualifikasi personalia, bagaimana bawahan diarahkan dan cara pengawasan yang diterapkan.
Tipe Perencanaan Dan Rencana
Proses dasar perencanaan setiap manajer sama, pada prakteknya dapat mengambil berbagai bentuk, hal ini disebabkan oleh :
1. Perbedaan tipe organisasi : Misi berbeda : Pendekatan perencanaan berbeda
2. Dalam suatu organisasi yang sama dibutuhkan tipr perencanaan yang berbeda untuk waktu yang berbeda
3. Manajer-manajer yang berlainan akan mempunyai gaya perencanaan yang berbeda.
Klasifikasi dasar rencana – rencana :
1. Bidang fungsional
Produksi, pemasaran, keuangan dan personalia
2. Tingkatan organisasional
Keseluruhan organisasi dan satuan kerja organisasi
3. Karakteristik (sifat) rencana
Kompleksitas, fleksibilitas, keformalan, kerahasiaan, biaya, rasionalitas, kuantitatif dan kualitatif
4. Waktu
Rencana jangka pendek, menegah dan jangka panjang
5. Unsur – unsur rencana
Dalam wujud anggaran, program, proses, kebijaksanaan, pengembangan dll.
Tipe utama rencana :
1. Rencana strategic
Strategi adalah program umum untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi dalam pelaksanaan misi.
Terdapat peranan aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh manajer dalam perumusan strategi organisasi.
2. Rencana operasional
a. Rencana sekali pakai
b. Rencana tetap
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya makalah kelompok yang berjudul “ KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM MENGUBAH PARADIGMA MENGAJAR’’ ini dengan baik.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen mata pengembangan kurikulum. Prof. Dr. H. Ismaun, M.Pd atas segala bimbingan dan masukan demi terselesaikanny makalah ini.
2. Teman-teman jurusan Magister Administrasi Pendidikan angkatan 21 UHAMKA atas segala bantuan dan kerja samanya juga kekompakannya selama ini
3. Kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu persatu yang telah dengan tulus membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan perbaikan, oleh karena itu, kami mengharapkan masukan dan saran kepada pihak yang berkompeten untuk menyempurnakan makalah Ini di masa mendatang dan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta 19 November 2010
Penulis.
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM MENGUBAH PARADIGMA MENGAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Pada akhir tahun 2006 dan sampai pertengahan tahun 2007, sebagian besar satuan pendidikan sibuk dengan pekerjaan besar, yaitu menyusun kurikulumnya sendiri yang sering disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan semangat otonomi dan desentralisasi, KTSP memberi keleluasaan sekolah untuk mengembangkan kurikulum sendiri. KTSP sebenarnya positif, sebab sekolah diberi otonomi untuk berdiskusi terkait dengan standar Kompetensi yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Hanya saja, sebagian besar guru belum terbiasa untuk mengembangkan model-model kurikulum. Selama ini mereka diperintah untuk melaksanakan kewajiban yang sudah baku, yakni kurikulum yang dibuat dari "pusat". Penerapan KTSP tersebut berimplikasi pada bertambahnya beban bagi guru. Penerapan KTSP mengandaikan guru bisa membuat kurikulum untuk tiap mata pelajaran, padahal, selama ini guru sudah terbiasa mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah.
Pemberdayaan guru dalam KTSP ini akan lebih baik, karena guru harus memikirkan perencanaan penyampaian materinya. Penerapan KTSP memberikan peluang bagi setiap sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri, dan untuk itu tiap guru yang akan mengajar di kelas dituntut memiliki kemampuan menyusun kurikulum yang tepat bagi peserta didiknya.
Banyak hasil yang diperoleh dari kegiatan penyusunan KTSP tersebut, tidak saja berupa silabus dan rencana pembelajaran serta keterampilan menerapkannya, tetapi juga memberi pengalaman baru bagi guru tentang bagaimana berpikir tentang masa depan pendidikan bagi peserta didiknya. Bekal pengetahuan dan keterampilan tersebut akan digunakan guru dalam mengimplementasikan KTSP. Dari sekian macam kegiatan yang dilakukan, guru masih meragukan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan KTSP antara lain tentang waktu yang diperlukan peserta didik untuk "tuntas" pada kompetensi dasar tertentu. Hal itu disebabkan adanya kebiasaan guru yang biasanya selesai diterangkan selama 15 menit, tetapi dengan sistem pembelajaran pada KTSP, guru seolah menjadi repot dan misalnya butuh waktu lama. Ini berarti bahwa guru masih merasa bahwa cara-cara yang dilakukan dalam mengajar selama ini diangggap sudah baik dan guru sudah "hafal" dengan cara-cara tersebut. Apalagi dengan bertambahnya tugas guru dalam melakukan penilaian terhadap peserta didiknya, karena peserta didik harus dinilai tidak hanya aspek kognitifnya tetapi juga aspek afektif dan psikomotornya Padahal, dengan cara-cara seperti yang dilakukannya bertahun-tahun, hasil atau mutu pendidikan kita sekarang dianggap masih rendah dan peserta didik kita masih belum dapat bersaing dengan negara lain.
B. Rumusan Masalah
Materi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM MENGUBAH PARADIGMA MENGAJAR’’. Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka masalah yang akan dibahas kami batasi pada :
1. Pengertian KTSP.
2. Keunggulan dan kelemahan KTSP.
3. Peran guru sebagai fasilatator dalam membantu peserta didik membangun pengetahuan
4. Perlunya perubahan paradigm mengajar.
C. Tujuan penulisan.
Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan kurikulum
2. Untuk mengetahui sejauh mana keunggulan dan kelemahan KTSP.
D. Metode Penulisan.
Dalam proses penyusunan makalah ini kami menggunakan metode study literature. Yaitu dengan melakukan proses pencarian dan pengumpulan dokumen sebagai sumber-sumber data dan informasi. Metode ini dipilih karena pada hakekatnya sesuai dengan kegiatan penyusunan dan penulisan yang hendak dilakukan.
E. Sistematika Penulisan.
Bab I Pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun memaparkan beberapa pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan masalah utama. Pada bagian pendahuluan ini dipaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah’
Bab II Pengertian KTSP dan permasalahannya. Pada bagian ini merupakan bagian utama yang hendak dikaji. Dalam proses penyusunan makalah Penyusun berusaha untuk mendeskripsikan berbagai temuan yang berhasil ditemukan dari hasil pencarian sumber atau bahan.
Bab III Kesimpulan dan saran. Pada bagian ini penyusun berusaha untuk menyimpulkan pembahasan yang telah dikemukakan oleh penyusun dalam perumusan masalah.
BABA II
PEMBAHASAN
A. Pengertian KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ).
Konsep Dasar KTSP
Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
• KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
• Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
• Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satauan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisisen, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan berbagai potensi seklah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan opersional untuk mencapai tujuan sekolah.
Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
1. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangankan kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.
2. Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan dicapai.
Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan sewasa ini. Oleh Karen itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikn, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagi berikut.
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat menoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan seklah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
4. Keterlibatan semua warga seklah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efesien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.
5. Sekolah daapt bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dam masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimalkam mungkin unutk melaksanakna dan mencapai sasaran KTSP.
6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP.
Landasan KTSP
1. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
4. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006
Ciri-ciri KTSP
1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.
2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
3. Guru harus mandiri dan kreatif.
4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran
B. Keunggulan Dan Kelemahan KTSP
KTSP yang juga. merupakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memiliki berbagai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan konsep ini, meski bukan format satu-satunya untuk mengantisipasi permasalahan pendidikan, namun secara umum, KTSP bisa 'diandalkan' menjadi patokan menghadapi tantangan masa depan dengan pembekalan keterampilan pada peserta didik. Keunggulan lain, KTSP memiliki kemampuan beradaptasi dengan daerah ,setempat, karena keterampilan yang diajarkan berdasarkan pada lingkungan dan kemampuan peserta didik. Di samping itu juga adanya penghargaan bagi pribadi peserta didik. Peserta didik yang mampu menyerap materi dengan cepat akan diberi tambahan materi sebagai pengayaan, dan peserta didik yang kurang akan ditangani oleh guru dengan penuh kesabaran dengan mengulang materinya atau memberi remedial. Peserta didik juga diajak bicara, diskusi, wawancara dan membahas masalah-masalah yang kontekstual, yang dalam kenyataannya memang diperlukan sehingga peserta didik menjadi lebih mengerti dan menjiwai permasalahannya karena sesuai dengan keadaan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Peserta. didik tidak hanya dituntut untuk menghafal namun yang lebih penting sudah adalah belajar proses sehingga men dorong peserta didik untuk meneliti dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, kesulitan yang mungkin saja timbul dari pelaksanaan KTSP ini adalah diperlukannya waktu yang cukup oleh pendidik dalam membina perkembangan peserta didiknya, terutama peserta didik yang berkemampuan di bawah rata-rata. Kenyataan membuktikan, kondisi sosial dan ekonomi yang menghimpit kesejahteraan hidup para guru, menyebabkan mereka kurang berkonsentrasi dalam proses pembelajaran. Belum lagi mengingat kualitas guru yang kurang merata di setiap daerah. Ini artinya, KTSP menghadapi kendala daya kreativitas dan beragamnya kapasitas guru untuk membuat. kurikulum sendiri.
Kendala lain, KTSP menuntut kemampuan guru dalam menjalankan pembelajaran berbasis kompetensi dengan merencanakan sendiri bagaimana strategi yang tepat diterapkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah setempat. Di samping masalah fasilitas pendidikan di sekolah yang masih sangat minim. Padahal konsep ini lebih menitikberatkan pada praktek di lapangan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dibanding teori semata. Kendala lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa dan bagaimana melakukan evaluasi dengan portofolio. Karena ketidakpahaman ini mereka kembali kepada pola assessment lama dengan tes-tes dan ulangan-ulangan yang cognitive-based semata. Tidak adanya model sekolah yang bisa dijadikan sebagai rujukan membuat para guru tidak mampu melakukan perubahan, apalagi lompatan, dalam proses peningkatan kegiatan belajar mengararnya.
Berkenaan dengan tidak adanya target materi dalam KTSP, di satu pihak KTSP menekankan kompetensi peserta didik yang berarti proses belajar harus diperhatikan oleh guru, di pihak lain materi meskipun tidak diprioritaskan tetapi akhirnya harus diselesaikan juga. Dengan demikian guru harus berpacu dengan waktu, sementara proses belajar tidak dapat dipastikan keberhasilannya. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik yang dibinanya, yang berujung pada penolakan kebijakan pemerintah tentang Ujian Nasional (UN) sebagai dasar penentuan kelulusan peserta didiknya.
C. Guru Sebagai Fasilitator Dalam Membantu Peserta Didik Membangun Pengetahuan
Salah satu ciri pembelajaran efektif adalah mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya (Dit-PLP, 2003). Ciri inilah yang dikembangkan dalam pembelajaran KTSP dan berkaitan dengan filsafat konstruktivisme.
Tugas penting guru pada pendidikan formal di sekolah di antaranya adalah membantu peserta didik untuk mengenal dan mengetahui sesuatu, terutama memperoleh pengetahuan. Dalam pengertian konstruktivisme, pengetahuan itu merupakan "proses menjadi", yang pelan-pelan menjadi lebih lengkap dan benar. Pengetahuan itu dapat dibentuk secara pribadi dan peserta didik itu sendiri yang membentuknya.
Peran guru atau pendidik adalah sebagai fasilitator atau moderator dan tugasnya adalah merangsang atau memberikan stimulus, membantu peserta didik untuk mau belajar sendiri dan merumuskan pengertiannya. Guru juga mengevaluasi apakah gagasan peserta didik itu sesuai dengan gagasan para ahli atau tidak. Sedangkan tugas peserta didik aktif belajar, mencerna, dan memodifikasi gagasan sebelumnya. Dalam KTSP dianut bentuk pembelajaran yang ideal yaitu pembelajaran peserta didik aktif dan kritis. Peserta didik tidak kosong, tetapi sudah ada pengertian awal tertentu yang harus dibantu untuk berkembang. Maka modelnya adalah model dialogis, model mencari bersama antara guru dan peserta didik. Peserta didik dapat mengungkapkan gagasannya, dapat mengkritik pendapat guru yang dianggap kurang tepat, dapat mengungkapkan jalan pikirannya yang lain dari guru. Guru tidak menjadi diktator yang hanya menekankan satu nilai satu jalan keluar, tetapi lebih demokratis. Dalam KTSP, pendidikan yang benar harus membebaskan peserta didik untuk berpikir, berkreasi, dan berkembang.
Implementasi KTSP sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan yang memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah bagi setiap guru, mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan adanya pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai instruktor atau selalu memberi instruksi dan kini menjadi fasilitator pembelajaran. Guru dapat melakukan upaya-upaya kreatif serta inovatif dalam bentuk penelitian tindakan terhadap berbagai teknik atau model pengelolaan pembelajaran yang mampu menghasilkan lulusan yang kompeten.
D. Perlunya Perubahan Paradigma Mengajar
Dengan KTSP, guru mengajar supaya peserta didik memahami yang diajarkan dan mampu memanfaatkannya dengan menerapkan pemahamannya baik untuk memahami alami lingkungan sekitar maupun untuk solusi atau pemecahan masalah sehari-hari. Kegiatan mengajar bukan sekedar mengingat fakta untuk persediaan jawaban tes sewaktu ujian. Akan tetapi, kegiatan mengajar juga diharapkan mampu memperluas wawasan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menumbuhkan sejumlah sikap positif yang direfleksikan peserta didik melalui cara berpikir dan cara bertindak atau berperilaku sebagai dampak hasil belajamya. Oleh karena itu cara guru mengajar perlu diubah. Ditinjau dari esensi proses pembelajarannya, perlu adanya pengubahan paradigma "mengajar" (teaching) menjadi "membelajarkan" (learning how to learn) sehingga proses belajarnya cenderung dinamis dan bersifat praktis dan analitis dalam dua dimensi yaitu: pengembangan proses eksplorasi dan proses kreativitas. Proses eksplorasi menjadi titik pijak untuk menggali pengalaman dan penghayatan khas peserta didik, bukan dari pihak luar, bukan dari apa yang dimaui orang tua, guru, maupun masyarakat bahkan pemerintah sekalipun. Dari proses tersebut dikembangkan prakarsa untuk bereksperimen-kreatif, berimajinasi-kreatif dengan metode belajar yang memungkinkan peserta didik untuk melatih inisiatif berpikir, mentradisikan aktivitas kreatif, mengembangkan kemerdekaan berpikir, mengeluarkan ide, menumbuhkan kenikmatan bekerjasama, memecahkan masalah-masalah hidup dan kehidupan nyata. Karena itu, dalam proses pembelajaran seharusnya tampak dalam bentuk kegiatan prakarsa bebas (independent study), komunikasi dialogis antar peserta didik maupun antara peserta didik dan guru, spontanitas kreatif, yang kadang-kadang terkesan kurang tertib menurut pandangan pendidikan. Guru perlu menyediakan beragam kegiatan pembelajaran yang berimplikasi pada beragamnya pengalaman belajar supaya peserta didik mampu mengembangkan kompetensi setelah menerapkan pemahamannya pengetahuannya. Untuk itu strategi belajar aktif melalui multi ragam metode sangat sesuai untuk digunakan ketika akan menerapkan KTSP.
Dalam pendidikan matematika, Marpaung (2003) menyatakan perlunya melakukan perubahan/ pergeseran paradigma dari paradigma mengajar ke paradigma belajar. Lebih lanjut Marpaung memerinci karakteristik paradigma belajar, yaitu: peserta didik aktif guru aktif, pengetahuan dikonstruksi, menekankan proses dan produk, pembelajaran luwes dan menyenangkan, sinergi pikiran dan tubuh, berorientasi pada peserta didik, asesmen bersifat realistik, dan kemampuan sebagai suatu penguasaan hubungan antar pengetahuan yang tersusun dalam suatu jaringan. Untuk itu dituntut komitmen guru untuk berubah, bersikap sabar, bersikap positif, ramah dan memiliki kompetensi tinggi. Bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru tidak hanya berupa penilaian "tradisional" yaitu hanya melakukan kegiatan ulangan harian tetapi perlu dikembangkan penilaian "alternatif", antara lain adalah portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Sebagai penjabarannya antara lain, portofolio; merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan peserta didik dalam konteks belajar dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut supaya lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar sekaligus memperoleh kesempatan luas untuk berkembang serta merekapun termotivasi. Penilaian ini tidak perlu mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses peserta didik sebagai pembelajaran aktif. Sebagai contoh, peserta didik diminta untuk melakukan survei mengenai jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya.
Tugas kelompok, dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan proyek. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing peserta didik. Isi dari proyek akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas ini dapat meningkatkan partisipasi peserta didik. Sebagai contoh, peserta didik diminta membentuk kelompok projek untuk menyelidiki penyebab pencemaran sungai di lingkungan peserta didik.
Demonstrasi, peserta didik diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain mengenai kompetensi yang telah mereka kuasai. Demonstrasi ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Di dalam kelas antara lain dapat dilakukan dalam kegiatan laboratorium IPA, di lapangan olahraga untuk pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Di luar kelas antara lain peserta didik diminta membentuk kelompok untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam pertunjukan, para penonton dapat memberikan evaluasi pertunjukan peserta didik.
BAB III
PENUTUP
Guru adalah komponen pokok dalam sistem pendidikan. Oleh sebab itu suksesnya pelaksanaan KTSP sangat tergantung pada sikap guru dalam mengajar. Kurikulum yang selama ini dibuat dari pusat menyebabkan kreativitas guru kurang terpupuk, tetapi dengan KTSP, kreativitas guru bisa berkembang. Menggunakan paradigma lama dalam mengajar untuk menghadapi tantangan baru dan situasi baru jelas kurang efektif. Agar kualitas pendidikan kita meningkat, guru perlu melakukan introspeksi dan mau mengubah paradigma mengajar, cara berpikir serta mempraktekkan pembelajaran dengan menggunakan paradigma belajar. Guru sebagai ujung tombak pembelajaran sudah sekian lama menggunakan metode lama, ia menjadi sumber belajar utama. Paradigma mengajar tersebut itu harus diubah dengan menggiatkan peserta didik agar dapat mencapai komepetensinya melalui penguasaan materi ajar.
DAFTAR PUSTAKA
Dit-PLP-Ditjen Dikdasmen-Depdiknas.(2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta.
Marpaung (2003). lnovasi Pendidikan. Makalah disampaikan pada Penlok Kepala BPG dan Kepala Dinas Kota Kabupaten serta Widyaiswara Matematika dan Kasi Pelnis BPG di PPPG Matematika Yogyakarta.
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2007)
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya makalah kelompok yang berjudul “ KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM MENGUBAH PARADIGMA MENGAJAR’’ ini dengan baik.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen mata pengembangan kurikulum. Prof. Dr. H. Ismaun, M.Pd atas segala bimbingan dan masukan demi terselesaikanny makalah ini.
2. Teman-teman jurusan Magister Administrasi Pendidikan angkatan 21 UHAMKA atas segala bantuan dan kerja samanya juga kekompakannya selama ini
3. Kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu persatu yang telah dengan tulus membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan perbaikan, oleh karena itu, kami mengharapkan masukan dan saran kepada pihak yang berkompeten untuk menyempurnakan makalah Ini di masa mendatang dan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta 19 November 2010
Penulis.
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM MENGUBAH PARADIGMA MENGAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Pada akhir tahun 2006 dan sampai pertengahan tahun 2007, sebagian besar satuan pendidikan sibuk dengan pekerjaan besar, yaitu menyusun kurikulumnya sendiri yang sering disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan semangat otonomi dan desentralisasi, KTSP memberi keleluasaan sekolah untuk mengembangkan kurikulum sendiri. KTSP sebenarnya positif, sebab sekolah diberi otonomi untuk berdiskusi terkait dengan standar Kompetensi yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Hanya saja, sebagian besar guru belum terbiasa untuk mengembangkan model-model kurikulum. Selama ini mereka diperintah untuk melaksanakan kewajiban yang sudah baku, yakni kurikulum yang dibuat dari "pusat". Penerapan KTSP tersebut berimplikasi pada bertambahnya beban bagi guru. Penerapan KTSP mengandaikan guru bisa membuat kurikulum untuk tiap mata pelajaran, padahal, selama ini guru sudah terbiasa mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah.
Pemberdayaan guru dalam KTSP ini akan lebih baik, karena guru harus memikirkan perencanaan penyampaian materinya. Penerapan KTSP memberikan peluang bagi setiap sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri, dan untuk itu tiap guru yang akan mengajar di kelas dituntut memiliki kemampuan menyusun kurikulum yang tepat bagi peserta didiknya.
Banyak hasil yang diperoleh dari kegiatan penyusunan KTSP tersebut, tidak saja berupa silabus dan rencana pembelajaran serta keterampilan menerapkannya, tetapi juga memberi pengalaman baru bagi guru tentang bagaimana berpikir tentang masa depan pendidikan bagi peserta didiknya. Bekal pengetahuan dan keterampilan tersebut akan digunakan guru dalam mengimplementasikan KTSP. Dari sekian macam kegiatan yang dilakukan, guru masih meragukan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan KTSP antara lain tentang waktu yang diperlukan peserta didik untuk "tuntas" pada kompetensi dasar tertentu. Hal itu disebabkan adanya kebiasaan guru yang biasanya selesai diterangkan selama 15 menit, tetapi dengan sistem pembelajaran pada KTSP, guru seolah menjadi repot dan misalnya butuh waktu lama. Ini berarti bahwa guru masih merasa bahwa cara-cara yang dilakukan dalam mengajar selama ini diangggap sudah baik dan guru sudah "hafal" dengan cara-cara tersebut. Apalagi dengan bertambahnya tugas guru dalam melakukan penilaian terhadap peserta didiknya, karena peserta didik harus dinilai tidak hanya aspek kognitifnya tetapi juga aspek afektif dan psikomotornya Padahal, dengan cara-cara seperti yang dilakukannya bertahun-tahun, hasil atau mutu pendidikan kita sekarang dianggap masih rendah dan peserta didik kita masih belum dapat bersaing dengan negara lain.
B. Rumusan Masalah
Materi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM MENGUBAH PARADIGMA MENGAJAR’’. Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka masalah yang akan dibahas kami batasi pada :
1. Pengertian KTSP.
2. Keunggulan dan kelemahan KTSP.
3. Peran guru sebagai fasilatator dalam membantu peserta didik membangun pengetahuan
4. Perlunya perubahan paradigm mengajar.
C. Tujuan penulisan.
Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan kurikulum
2. Untuk mengetahui sejauh mana keunggulan dan kelemahan KTSP.
D. Metode Penulisan.
Dalam proses penyusunan makalah ini kami menggunakan metode study literature. Yaitu dengan melakukan proses pencarian dan pengumpulan dokumen sebagai sumber-sumber data dan informasi. Metode ini dipilih karena pada hakekatnya sesuai dengan kegiatan penyusunan dan penulisan yang hendak dilakukan.
E. Sistematika Penulisan.
Bab I Pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun memaparkan beberapa pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan masalah utama. Pada bagian pendahuluan ini dipaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah’
Bab II Pengertian KTSP dan permasalahannya. Pada bagian ini merupakan bagian utama yang hendak dikaji. Dalam proses penyusunan makalah Penyusun berusaha untuk mendeskripsikan berbagai temuan yang berhasil ditemukan dari hasil pencarian sumber atau bahan.
Bab III Kesimpulan dan saran. Pada bagian ini penyusun berusaha untuk menyimpulkan pembahasan yang telah dikemukakan oleh penyusun dalam perumusan masalah.
BABA II
PEMBAHASAN
A. Pengertian KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ).
Konsep Dasar KTSP
Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
• KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
• Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
• Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satauan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisisen, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan berbagai potensi seklah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan opersional untuk mencapai tujuan sekolah.
Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
1. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangankan kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.
2. Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan dicapai.
Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan sewasa ini. Oleh Karen itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikn, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagi berikut.
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat menoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan seklah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
4. Keterlibatan semua warga seklah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efesien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.
5. Sekolah daapt bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dam masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimalkam mungkin unutk melaksanakna dan mencapai sasaran KTSP.
6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP.
Landasan KTSP
1. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
4. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006
Ciri-ciri KTSP
1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.
2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
3. Guru harus mandiri dan kreatif.
4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran
B. Keunggulan Dan Kelemahan KTSP
KTSP yang juga. merupakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memiliki berbagai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan konsep ini, meski bukan format satu-satunya untuk mengantisipasi permasalahan pendidikan, namun secara umum, KTSP bisa 'diandalkan' menjadi patokan menghadapi tantangan masa depan dengan pembekalan keterampilan pada peserta didik. Keunggulan lain, KTSP memiliki kemampuan beradaptasi dengan daerah ,setempat, karena keterampilan yang diajarkan berdasarkan pada lingkungan dan kemampuan peserta didik. Di samping itu juga adanya penghargaan bagi pribadi peserta didik. Peserta didik yang mampu menyerap materi dengan cepat akan diberi tambahan materi sebagai pengayaan, dan peserta didik yang kurang akan ditangani oleh guru dengan penuh kesabaran dengan mengulang materinya atau memberi remedial. Peserta didik juga diajak bicara, diskusi, wawancara dan membahas masalah-masalah yang kontekstual, yang dalam kenyataannya memang diperlukan sehingga peserta didik menjadi lebih mengerti dan menjiwai permasalahannya karena sesuai dengan keadaan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Peserta. didik tidak hanya dituntut untuk menghafal namun yang lebih penting sudah adalah belajar proses sehingga men dorong peserta didik untuk meneliti dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, kesulitan yang mungkin saja timbul dari pelaksanaan KTSP ini adalah diperlukannya waktu yang cukup oleh pendidik dalam membina perkembangan peserta didiknya, terutama peserta didik yang berkemampuan di bawah rata-rata. Kenyataan membuktikan, kondisi sosial dan ekonomi yang menghimpit kesejahteraan hidup para guru, menyebabkan mereka kurang berkonsentrasi dalam proses pembelajaran. Belum lagi mengingat kualitas guru yang kurang merata di setiap daerah. Ini artinya, KTSP menghadapi kendala daya kreativitas dan beragamnya kapasitas guru untuk membuat. kurikulum sendiri.
Kendala lain, KTSP menuntut kemampuan guru dalam menjalankan pembelajaran berbasis kompetensi dengan merencanakan sendiri bagaimana strategi yang tepat diterapkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah setempat. Di samping masalah fasilitas pendidikan di sekolah yang masih sangat minim. Padahal konsep ini lebih menitikberatkan pada praktek di lapangan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dibanding teori semata. Kendala lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa dan bagaimana melakukan evaluasi dengan portofolio. Karena ketidakpahaman ini mereka kembali kepada pola assessment lama dengan tes-tes dan ulangan-ulangan yang cognitive-based semata. Tidak adanya model sekolah yang bisa dijadikan sebagai rujukan membuat para guru tidak mampu melakukan perubahan, apalagi lompatan, dalam proses peningkatan kegiatan belajar mengararnya.
Berkenaan dengan tidak adanya target materi dalam KTSP, di satu pihak KTSP menekankan kompetensi peserta didik yang berarti proses belajar harus diperhatikan oleh guru, di pihak lain materi meskipun tidak diprioritaskan tetapi akhirnya harus diselesaikan juga. Dengan demikian guru harus berpacu dengan waktu, sementara proses belajar tidak dapat dipastikan keberhasilannya. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik yang dibinanya, yang berujung pada penolakan kebijakan pemerintah tentang Ujian Nasional (UN) sebagai dasar penentuan kelulusan peserta didiknya.
C. Guru Sebagai Fasilitator Dalam Membantu Peserta Didik Membangun Pengetahuan
Salah satu ciri pembelajaran efektif adalah mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya (Dit-PLP, 2003). Ciri inilah yang dikembangkan dalam pembelajaran KTSP dan berkaitan dengan filsafat konstruktivisme.
Tugas penting guru pada pendidikan formal di sekolah di antaranya adalah membantu peserta didik untuk mengenal dan mengetahui sesuatu, terutama memperoleh pengetahuan. Dalam pengertian konstruktivisme, pengetahuan itu merupakan "proses menjadi", yang pelan-pelan menjadi lebih lengkap dan benar. Pengetahuan itu dapat dibentuk secara pribadi dan peserta didik itu sendiri yang membentuknya.
Peran guru atau pendidik adalah sebagai fasilitator atau moderator dan tugasnya adalah merangsang atau memberikan stimulus, membantu peserta didik untuk mau belajar sendiri dan merumuskan pengertiannya. Guru juga mengevaluasi apakah gagasan peserta didik itu sesuai dengan gagasan para ahli atau tidak. Sedangkan tugas peserta didik aktif belajar, mencerna, dan memodifikasi gagasan sebelumnya. Dalam KTSP dianut bentuk pembelajaran yang ideal yaitu pembelajaran peserta didik aktif dan kritis. Peserta didik tidak kosong, tetapi sudah ada pengertian awal tertentu yang harus dibantu untuk berkembang. Maka modelnya adalah model dialogis, model mencari bersama antara guru dan peserta didik. Peserta didik dapat mengungkapkan gagasannya, dapat mengkritik pendapat guru yang dianggap kurang tepat, dapat mengungkapkan jalan pikirannya yang lain dari guru. Guru tidak menjadi diktator yang hanya menekankan satu nilai satu jalan keluar, tetapi lebih demokratis. Dalam KTSP, pendidikan yang benar harus membebaskan peserta didik untuk berpikir, berkreasi, dan berkembang.
Implementasi KTSP sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan yang memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah bagi setiap guru, mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan adanya pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai instruktor atau selalu memberi instruksi dan kini menjadi fasilitator pembelajaran. Guru dapat melakukan upaya-upaya kreatif serta inovatif dalam bentuk penelitian tindakan terhadap berbagai teknik atau model pengelolaan pembelajaran yang mampu menghasilkan lulusan yang kompeten.
D. Perlunya Perubahan Paradigma Mengajar
Dengan KTSP, guru mengajar supaya peserta didik memahami yang diajarkan dan mampu memanfaatkannya dengan menerapkan pemahamannya baik untuk memahami alami lingkungan sekitar maupun untuk solusi atau pemecahan masalah sehari-hari. Kegiatan mengajar bukan sekedar mengingat fakta untuk persediaan jawaban tes sewaktu ujian. Akan tetapi, kegiatan mengajar juga diharapkan mampu memperluas wawasan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menumbuhkan sejumlah sikap positif yang direfleksikan peserta didik melalui cara berpikir dan cara bertindak atau berperilaku sebagai dampak hasil belajamya. Oleh karena itu cara guru mengajar perlu diubah. Ditinjau dari esensi proses pembelajarannya, perlu adanya pengubahan paradigma "mengajar" (teaching) menjadi "membelajarkan" (learning how to learn) sehingga proses belajarnya cenderung dinamis dan bersifat praktis dan analitis dalam dua dimensi yaitu: pengembangan proses eksplorasi dan proses kreativitas. Proses eksplorasi menjadi titik pijak untuk menggali pengalaman dan penghayatan khas peserta didik, bukan dari pihak luar, bukan dari apa yang dimaui orang tua, guru, maupun masyarakat bahkan pemerintah sekalipun. Dari proses tersebut dikembangkan prakarsa untuk bereksperimen-kreatif, berimajinasi-kreatif dengan metode belajar yang memungkinkan peserta didik untuk melatih inisiatif berpikir, mentradisikan aktivitas kreatif, mengembangkan kemerdekaan berpikir, mengeluarkan ide, menumbuhkan kenikmatan bekerjasama, memecahkan masalah-masalah hidup dan kehidupan nyata. Karena itu, dalam proses pembelajaran seharusnya tampak dalam bentuk kegiatan prakarsa bebas (independent study), komunikasi dialogis antar peserta didik maupun antara peserta didik dan guru, spontanitas kreatif, yang kadang-kadang terkesan kurang tertib menurut pandangan pendidikan. Guru perlu menyediakan beragam kegiatan pembelajaran yang berimplikasi pada beragamnya pengalaman belajar supaya peserta didik mampu mengembangkan kompetensi setelah menerapkan pemahamannya pengetahuannya. Untuk itu strategi belajar aktif melalui multi ragam metode sangat sesuai untuk digunakan ketika akan menerapkan KTSP.
Dalam pendidikan matematika, Marpaung (2003) menyatakan perlunya melakukan perubahan/ pergeseran paradigma dari paradigma mengajar ke paradigma belajar. Lebih lanjut Marpaung memerinci karakteristik paradigma belajar, yaitu: peserta didik aktif guru aktif, pengetahuan dikonstruksi, menekankan proses dan produk, pembelajaran luwes dan menyenangkan, sinergi pikiran dan tubuh, berorientasi pada peserta didik, asesmen bersifat realistik, dan kemampuan sebagai suatu penguasaan hubungan antar pengetahuan yang tersusun dalam suatu jaringan. Untuk itu dituntut komitmen guru untuk berubah, bersikap sabar, bersikap positif, ramah dan memiliki kompetensi tinggi. Bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru tidak hanya berupa penilaian "tradisional" yaitu hanya melakukan kegiatan ulangan harian tetapi perlu dikembangkan penilaian "alternatif", antara lain adalah portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Sebagai penjabarannya antara lain, portofolio; merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan peserta didik dalam konteks belajar dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut supaya lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar sekaligus memperoleh kesempatan luas untuk berkembang serta merekapun termotivasi. Penilaian ini tidak perlu mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses peserta didik sebagai pembelajaran aktif. Sebagai contoh, peserta didik diminta untuk melakukan survei mengenai jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya.
Tugas kelompok, dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan proyek. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing peserta didik. Isi dari proyek akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas ini dapat meningkatkan partisipasi peserta didik. Sebagai contoh, peserta didik diminta membentuk kelompok projek untuk menyelidiki penyebab pencemaran sungai di lingkungan peserta didik.
Demonstrasi, peserta didik diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain mengenai kompetensi yang telah mereka kuasai. Demonstrasi ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Di dalam kelas antara lain dapat dilakukan dalam kegiatan laboratorium IPA, di lapangan olahraga untuk pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Di luar kelas antara lain peserta didik diminta membentuk kelompok untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam pertunjukan, para penonton dapat memberikan evaluasi pertunjukan peserta didik.
BAB III
PENUTUP
Guru adalah komponen pokok dalam sistem pendidikan. Oleh sebab itu suksesnya pelaksanaan KTSP sangat tergantung pada sikap guru dalam mengajar. Kurikulum yang selama ini dibuat dari pusat menyebabkan kreativitas guru kurang terpupuk, tetapi dengan KTSP, kreativitas guru bisa berkembang. Menggunakan paradigma lama dalam mengajar untuk menghadapi tantangan baru dan situasi baru jelas kurang efektif. Agar kualitas pendidikan kita meningkat, guru perlu melakukan introspeksi dan mau mengubah paradigma mengajar, cara berpikir serta mempraktekkan pembelajaran dengan menggunakan paradigma belajar. Guru sebagai ujung tombak pembelajaran sudah sekian lama menggunakan metode lama, ia menjadi sumber belajar utama. Paradigma mengajar tersebut itu harus diubah dengan menggiatkan peserta didik agar dapat mencapai komepetensinya melalui penguasaan materi ajar.
DAFTAR PUSTAKA
Dit-PLP-Ditjen Dikdasmen-Depdiknas.(2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta.
Marpaung (2003). lnovasi Pendidikan. Makalah disampaikan pada Penlok Kepala BPG dan Kepala Dinas Kota Kabupaten serta Widyaiswara Matematika dan Kasi Pelnis BPG di PPPG Matematika Yogyakarta.
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2007)
PERSIAPAN UTS MINAJEMEN PENDIDIKAN
Wirawan, ( Syaiful Sagala: 143 ) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah proses pemimpin menciptakan visi, mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai-nilai, norma dan sebagainya dari pengikut untuk merealisasi visi. Sedangkan Hadari Nawawi menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan (1993:81).
Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen
KEBIJAKAN :Melaui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun 2007, pemerintah dalam hal ini Depdiknas menetapkan standar kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah. Kompetensi kepala sekolah digolongkan dalam dimensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Uraian lengkap sebagai berikut:
1. Dimensi Kompetensi Kepribadian
• Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.
• Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah
• Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
• Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah.
• Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
APLIKASI Seorang pemimpin juga harus memiliki pengetahuan profesional yaitu:
1. Pengetahuan terhadap tugas, kepala sekolah herus mampu secara menyeluruh mengetahui tentang lingkungan organisasi atau sekolah tersebut berada.
2. Kepala sekolah harus memahami hubungan kerja antar berbagai unit, pendelegasian wewenang, sikap bawahan, serta bakat dan kekurangan dari bawahan.
3. Tahu wawasan organisasi dan kebijakan khusus, perundang-undangan, dan prosedur.
4. Memiliki satu perasaan riil untuk semangat dan suasana aktivitas dari orang lain dan staff yang harus dihadapi.
Keterampilan professional yang harus dimiliki pemimpin meliputi:
1. Mampu berfungsi sebagai pendidik.
2. Mampu menampilkan analisis tinggi untuk mengmpulkan, mencatat, dan menguraikan tugas pekerjaan.
3. Mampu merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam pendidikan dan mempergunakan temuan riset.
4. Mampu mengadakan supervisi dan evaluasi pengajaran, fasilitas, kelengkapan, dan materi pelajaran.
Strategi dan pendidikanMenurut James Brian Quin strategi adalah The pattern or plan that integrates an organization’s major goals, policies, and action sequences into a cohesive whole (Pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama organisasi, kebijakan, dan rangkaian tindakan menjadi satu kesatuan yang kohesif). Menurut William F. Glueck strategi adalah A unified, comprehensive, and integrated plan designed to ensure that the basic objectives of the enterprises are achieved (Sebuah rencana terpadu, komprehensif, dan terintegrasi yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan dasar perusahaan yang dicapai).
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan
Pengelolaan strategi merupakan rangkaian dua suku kata yang dapat dipilah dan masing-masing memiliki pengertian sendiri, tetapi apabila dirangkaikan ke dalam satu kata akan memiliki makna yang berbeda pula. Pengelolaan merupakan serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling) dan penganggaran (budgeting).
KEBIJAKAN UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Berbagai kebijakan dan implementasi pendidikan kurang didasarkan atas keutuhan konsep dan filosofi. Permasalahan yang dibidik hanya permasalahan mikro yang terkait langsung dengan aktifitas pembelajaran. Padahal masalah makro tidak kalah pentingnya seperti demokratisasi, politik, liberalisme ekonomi global dll. Pendidikan nasional harus merangkul semuanya secara utuh dan kokoh sehingga peserta didik tidak hanya menjadi pribadi yang berkembang sesuai dengan kodratnya tetapi juga mendorong kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan kemanusiaan.
APLIKASI mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Sistem pendidikan nasional itu harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasioanal dan global. Untuk itu perlu dilakukan perubahan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN Menurut Siagian (dalam Hasa, 2002:10) pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternative yang diahadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Baron (1986: 69) mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses terjadinya identifikasi masalah, menetapkan tujuan pemecahan, pembuatan keputusan awal, pengembangan dan penilaian alternative-alternatif, serta pemilihan salah satu alternative yang kemudian dilaksanakan dan ditindaklanjuti
KEBIJAKAN
PERENCANAAN Harjanto menyatakan bahwa perencanaan mengandung enam pokok pikiran yaitu,
pertama perencaaan melibatkan proses penentapan keadaan masa depan yang diinginkan.
Kedua, keadaan masa depan yang diinginkan dibandingkan dengan kenyataan sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjangannya.
Ketiga, untuk menutup kesenjangan perlu dilakukan usaha-usaha.
Keempat, uasaha untuk menutup kesenjangan tersebut dapat dilakukan derngan berbagai usaha dan alternative.
Kelima, perlu pemilihan alternative yang baik, dalam hal ini mencakup efektifitas dan efesiensi.
Keenam, alternative yang sudah dipilih hendaknya diperinci sehingga dapat menajdi petunjuk dan pedoman dalam pengambilan kebijakan.
KEBIJAKAN kebijakan-kebijakan dan strategi. Menurut Asnawir perencanaan startegik adalah proses pemikiran tujuan perusahaan atau organisasi, penentuan kebijakan, dan program yang perlu untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu di susun perencanaan, di antara metode perencanaan strategi adalah sebagai berikut:
pertama pendekatan dari atas ke bawah, biasanya dibuat oleh prusahaan yang bersifat sentralisasi.
Kedua pendekatan dari bawah, yaitu metode rancangan perencanaan darai bawah ke atas.
Ketiga pendekatan interkatif adalah pendekatan manajer dari pusat bersama direksi-direksi berdialog secara terus menrus selama penyusunan rencana, termasuk juga berdialog dengan para staf pusat dan divisi-divisi.
Keempat pendekatan perencanaan secara tim adalah pendekatan yang lebih banyak dilakukan pada perusahaan kecil dan bersifat sentralisasi.
Kelima pendekatan tingkat ganda adalah pendekatan strategi dirumuskan secara independen pada tingkat korporasi dan pada tingkat unit bisnis.
APLIKASI prinsip-prinsip dalam proses aplikasi dan penyusunan rancangannya. Di antara prinsip-prinsip tersebut adalah;
Perencanaan adalah interdisipliner, karena pendidikan sesungguhnya interdispliner terutama yang terkait dengan pembangunan manusia.
Perencanaan bersifat fleksibel, dalam arti tidak kaku tetapi bersifat dinamis serta responsive terhadap tuntutan masyarakat terhadap pendidikan.
Perencanaan itu obyektif rasional, dalam arti untuk kepentingan umum
Perencanaan dunilai dari apa yang sudah dimiliki.
Perencanaan adalah wahana untuk menghimpun kekuatan kekuatan secara terkoordinir.
Perencanaan disusun sesuai dengan data, perencanaan tanpa adata tidak memiliki kekuatan yang dapat diandalkan.
Perencanaan adalah mengendalikan kekuatan sendiri, tidak bersandarkan kepada kekuatan orang lain.
Perencanaan bersifat komprehensif dan ilmiah, dalam arti mencakup aspek esensial pendidikan dan disusun secara sistematik dengan menggunakan prinsip dan konsep keilmuan. Prinsip prinsip tersebut berguna dalam proses perancangan perencanaan lembaga pendidikan
TQM.Menurut Rose, TQM adalah integrasi semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk mencapai peningkatan kualitas barang & jasa yang dihasilkan secara berkelanjutan. Sedangkan Ishikawa dalam Pawitra, 1993 menyatakan TQM adalah perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, pengertian, dan kepuasan pelanggan.
Impementasi TQM dalam Pendidikan
Insitusi yang efektif memerlukan strategi yang kuat dan maksud tertentu untuk menghadapi suasana kompetitif dan orientasi di masa depan. Untuk menjadi efektif di dalam masa sekarang, intitusi memerlukan proses pengembangan strategi kualitas, antara lain; 1) misi yang jelas dan tertentu, 2) menfokuskan kustomer secara jelas, 3) strategi untuk pencapaian missi, 4) pelibatan semua kustomer, baik internal maupun eksternal, di dalam pengembangan strategi, 5) penguatan staff dengan menggerakkan penghalang dan bantuan untuk membuat konstribusi maksimal terhadap institusi melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif, 6) penilaian dan evaluasi ke-efektifan insitusi menghadapi tujuan yang diharapkan oleh kustomer.
Penerapan total quality management in education (TQME) pada pendidikan di Indonesia harus dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan tinggi. Melalui penerapan TQME dalam sistem pendidikan tinggi yang dijalankan secara terus-menerus dan konsisten, maka perguruan tinggi di Indonesia akan mampu memenangkan persaingan global yang amat sangat kompetitif dan memperoleh manfaat (ekonomis maupun nonekonomis) yang dapat dipergunakan untuk pengembangan pendidikan dan peningkatan kesejahteraan personel yang terlibat di perguruan tinggi itu. Upaya ini juga akan mengurangi kesenjangan persepsi yang terjadi antara pendidikan dan industri di Indonesia. Untuk itu, perlu direnungkan secara mendalam, mengapa tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi di Indonesia dari waktu ke waktu terus bertambah, sedangkan di satu pihak tenaga kerja asing yang nota bene adalah lulusan perguruan tinggi luar negeri terus berdatangan ke Indonesia dan "merebut" posisi manajemen dalam industri? Hal ini memberikan konsekuensi ekonomi yaitu semakin banyak devisa yang tersedot untuk membayar upah tenaga kerja asing itu!
MBO Menurut Drucker , manajer atau karyawan tidak boleh terpaku pada aktivitas harian, karena paradigma tersebut dapat menyebabkan mereka lupa akan tujuan utama dan sasaran kerjanya. MBO dalam performansi kerja karyawan mengarahkan karyawan untuk fokus pada hasil bukan pada aktivitas. MBO mendukung terciptanya delegasi tugas dari Kepala Unit kepada karyawan yang ada dibawahnya dengan membuat kontrak manajemen (KM) tanpa mendikte detail jalan yang akan dipergunakan karyawan yang bersangkutan dalam mencpai sasaran.
Wirawan, ( Syaiful Sagala: 143 ) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah proses pemimpin menciptakan visi, mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai-nilai, norma dan sebagainya dari pengikut untuk merealisasi visi. Sedangkan Hadari Nawawi menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan (1993:81).
Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen
KEBIJAKAN :Melaui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun 2007, pemerintah dalam hal ini Depdiknas menetapkan standar kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah. Kompetensi kepala sekolah digolongkan dalam dimensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Uraian lengkap sebagai berikut:
1. Dimensi Kompetensi Kepribadian
• Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.
• Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah
• Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
• Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah.
• Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
APLIKASI Seorang pemimpin juga harus memiliki pengetahuan profesional yaitu:
1. Pengetahuan terhadap tugas, kepala sekolah herus mampu secara menyeluruh mengetahui tentang lingkungan organisasi atau sekolah tersebut berada.
2. Kepala sekolah harus memahami hubungan kerja antar berbagai unit, pendelegasian wewenang, sikap bawahan, serta bakat dan kekurangan dari bawahan.
3. Tahu wawasan organisasi dan kebijakan khusus, perundang-undangan, dan prosedur.
4. Memiliki satu perasaan riil untuk semangat dan suasana aktivitas dari orang lain dan staff yang harus dihadapi.
Keterampilan professional yang harus dimiliki pemimpin meliputi:
1. Mampu berfungsi sebagai pendidik.
2. Mampu menampilkan analisis tinggi untuk mengmpulkan, mencatat, dan menguraikan tugas pekerjaan.
3. Mampu merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam pendidikan dan mempergunakan temuan riset.
4. Mampu mengadakan supervisi dan evaluasi pengajaran, fasilitas, kelengkapan, dan materi pelajaran.
Strategi dan pendidikanMenurut James Brian Quin strategi adalah The pattern or plan that integrates an organization’s major goals, policies, and action sequences into a cohesive whole (Pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama organisasi, kebijakan, dan rangkaian tindakan menjadi satu kesatuan yang kohesif). Menurut William F. Glueck strategi adalah A unified, comprehensive, and integrated plan designed to ensure that the basic objectives of the enterprises are achieved (Sebuah rencana terpadu, komprehensif, dan terintegrasi yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan dasar perusahaan yang dicapai).
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan
Pengelolaan strategi merupakan rangkaian dua suku kata yang dapat dipilah dan masing-masing memiliki pengertian sendiri, tetapi apabila dirangkaikan ke dalam satu kata akan memiliki makna yang berbeda pula. Pengelolaan merupakan serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling) dan penganggaran (budgeting).
KEBIJAKAN UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Berbagai kebijakan dan implementasi pendidikan kurang didasarkan atas keutuhan konsep dan filosofi. Permasalahan yang dibidik hanya permasalahan mikro yang terkait langsung dengan aktifitas pembelajaran. Padahal masalah makro tidak kalah pentingnya seperti demokratisasi, politik, liberalisme ekonomi global dll. Pendidikan nasional harus merangkul semuanya secara utuh dan kokoh sehingga peserta didik tidak hanya menjadi pribadi yang berkembang sesuai dengan kodratnya tetapi juga mendorong kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan kemanusiaan.
APLIKASI mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Sistem pendidikan nasional itu harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasioanal dan global. Untuk itu perlu dilakukan perubahan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN Menurut Siagian (dalam Hasa, 2002:10) pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternative yang diahadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Baron (1986: 69) mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses terjadinya identifikasi masalah, menetapkan tujuan pemecahan, pembuatan keputusan awal, pengembangan dan penilaian alternative-alternatif, serta pemilihan salah satu alternative yang kemudian dilaksanakan dan ditindaklanjuti
KEBIJAKAN
PERENCANAAN Harjanto menyatakan bahwa perencanaan mengandung enam pokok pikiran yaitu,
pertama perencaaan melibatkan proses penentapan keadaan masa depan yang diinginkan.
Kedua, keadaan masa depan yang diinginkan dibandingkan dengan kenyataan sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjangannya.
Ketiga, untuk menutup kesenjangan perlu dilakukan usaha-usaha.
Keempat, uasaha untuk menutup kesenjangan tersebut dapat dilakukan derngan berbagai usaha dan alternative.
Kelima, perlu pemilihan alternative yang baik, dalam hal ini mencakup efektifitas dan efesiensi.
Keenam, alternative yang sudah dipilih hendaknya diperinci sehingga dapat menajdi petunjuk dan pedoman dalam pengambilan kebijakan.
KEBIJAKAN kebijakan-kebijakan dan strategi. Menurut Asnawir perencanaan startegik adalah proses pemikiran tujuan perusahaan atau organisasi, penentuan kebijakan, dan program yang perlu untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu di susun perencanaan, di antara metode perencanaan strategi adalah sebagai berikut:
pertama pendekatan dari atas ke bawah, biasanya dibuat oleh prusahaan yang bersifat sentralisasi.
Kedua pendekatan dari bawah, yaitu metode rancangan perencanaan darai bawah ke atas.
Ketiga pendekatan interkatif adalah pendekatan manajer dari pusat bersama direksi-direksi berdialog secara terus menrus selama penyusunan rencana, termasuk juga berdialog dengan para staf pusat dan divisi-divisi.
Keempat pendekatan perencanaan secara tim adalah pendekatan yang lebih banyak dilakukan pada perusahaan kecil dan bersifat sentralisasi.
Kelima pendekatan tingkat ganda adalah pendekatan strategi dirumuskan secara independen pada tingkat korporasi dan pada tingkat unit bisnis.
APLIKASI prinsip-prinsip dalam proses aplikasi dan penyusunan rancangannya. Di antara prinsip-prinsip tersebut adalah;
Perencanaan adalah interdisipliner, karena pendidikan sesungguhnya interdispliner terutama yang terkait dengan pembangunan manusia.
Perencanaan bersifat fleksibel, dalam arti tidak kaku tetapi bersifat dinamis serta responsive terhadap tuntutan masyarakat terhadap pendidikan.
Perencanaan itu obyektif rasional, dalam arti untuk kepentingan umum
Perencanaan dunilai dari apa yang sudah dimiliki.
Perencanaan adalah wahana untuk menghimpun kekuatan kekuatan secara terkoordinir.
Perencanaan disusun sesuai dengan data, perencanaan tanpa adata tidak memiliki kekuatan yang dapat diandalkan.
Perencanaan adalah mengendalikan kekuatan sendiri, tidak bersandarkan kepada kekuatan orang lain.
Perencanaan bersifat komprehensif dan ilmiah, dalam arti mencakup aspek esensial pendidikan dan disusun secara sistematik dengan menggunakan prinsip dan konsep keilmuan. Prinsip prinsip tersebut berguna dalam proses perancangan perencanaan lembaga pendidikan
TQM.Menurut Rose, TQM adalah integrasi semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk mencapai peningkatan kualitas barang & jasa yang dihasilkan secara berkelanjutan. Sedangkan Ishikawa dalam Pawitra, 1993 menyatakan TQM adalah perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, pengertian, dan kepuasan pelanggan.
Impementasi TQM dalam Pendidikan
Insitusi yang efektif memerlukan strategi yang kuat dan maksud tertentu untuk menghadapi suasana kompetitif dan orientasi di masa depan. Untuk menjadi efektif di dalam masa sekarang, intitusi memerlukan proses pengembangan strategi kualitas, antara lain; 1) misi yang jelas dan tertentu, 2) menfokuskan kustomer secara jelas, 3) strategi untuk pencapaian missi, 4) pelibatan semua kustomer, baik internal maupun eksternal, di dalam pengembangan strategi, 5) penguatan staff dengan menggerakkan penghalang dan bantuan untuk membuat konstribusi maksimal terhadap institusi melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif, 6) penilaian dan evaluasi ke-efektifan insitusi menghadapi tujuan yang diharapkan oleh kustomer.
Penerapan total quality management in education (TQME) pada pendidikan di Indonesia harus dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan tinggi. Melalui penerapan TQME dalam sistem pendidikan tinggi yang dijalankan secara terus-menerus dan konsisten, maka perguruan tinggi di Indonesia akan mampu memenangkan persaingan global yang amat sangat kompetitif dan memperoleh manfaat (ekonomis maupun nonekonomis) yang dapat dipergunakan untuk pengembangan pendidikan dan peningkatan kesejahteraan personel yang terlibat di perguruan tinggi itu. Upaya ini juga akan mengurangi kesenjangan persepsi yang terjadi antara pendidikan dan industri di Indonesia. Untuk itu, perlu direnungkan secara mendalam, mengapa tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi di Indonesia dari waktu ke waktu terus bertambah, sedangkan di satu pihak tenaga kerja asing yang nota bene adalah lulusan perguruan tinggi luar negeri terus berdatangan ke Indonesia dan "merebut" posisi manajemen dalam industri? Hal ini memberikan konsekuensi ekonomi yaitu semakin banyak devisa yang tersedot untuk membayar upah tenaga kerja asing itu!
MBO Menurut Drucker , manajer atau karyawan tidak boleh terpaku pada aktivitas harian, karena paradigma tersebut dapat menyebabkan mereka lupa akan tujuan utama dan sasaran kerjanya. MBO dalam performansi kerja karyawan mengarahkan karyawan untuk fokus pada hasil bukan pada aktivitas. MBO mendukung terciptanya delegasi tugas dari Kepala Unit kepada karyawan yang ada dibawahnya dengan membuat kontrak manajemen (KM) tanpa mendikte detail jalan yang akan dipergunakan karyawan yang bersangkutan dalam mencpai sasaran.
MATERI BU ERNA TENTANG BALANCE SCORECADR
Statement
• Balanced Scorecard sebagai suatu kerangka kerja tindakan strategis
• Balanced Scorecard tidak hanya sekedar alat pengukur kinerja perusahaari tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategik secara total kepada seluruh tingkatan dalam organisasi.
• Dengan pengukuran kinerja yang komprehensiftidak hanya merupakan ukuran-ukuran keuangan tetapi penggabungan ukuranukuran keuangan dan non keuangan maka perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan lebih baik.
Tujuan BS
Untuk menunjang proses manajemen
(dikembangkan oleh Norton pada tahun 1990)
Suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam mewujudkan kinerja, yang mana keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang (Mulyadi dan Johny Setyawan,’
1999).
Mengintip sistem kerja
“Balance Scorecard”
1. Perspektif Keuangan
2. Perspektif Pelanggan
3. Perspektif Proses bisns internal
4. Perspektif Proses Pebelajaran dan Pertumbuhan.
Perspektif dalam Balance Scorecard
rperspektif Perspektif
Keuangan Pelanggan
Perspektif Proses bisnis internal Perspektif proses pebelajaran dan pertumbuhan
Bi1a
Bila
Empat perspektif untuk mengukur
kinerja Sekolah
U/ menjawab pertanyaan pokok (Kaplan dan Norton, 1996)
• Bagaimana penampilan • Perspektif Keuangan
keuangan sekolah dimata
Yayasan
Perspektif Pelanggan
(Kesesuaian hasH yg didapat)
• Bagaimana pandangan para siswa terhadap sekolah?
• Apa yang menjadi • Perspektif proses internal
keunggulan Sekolah?
• Apa perbaikan yang terus • Perspektif pembelajaran dan
menerus dilakukan, dan apa pertumbuhan
penciptakan nilai secara berkesinambungan?
Kartu Kesimbangan
SDM/ Organisasi
• Balance Scorecard (Kartu skor), yang akan diwujudkan personiL! organisasi di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya.
• Hasil perbandingan mi digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja personil /
organisasi yang bersangkutan.
• Kinerja personil / organisasi diukur secara berimbang.
Aspek Perimbangan
a Dua aspek Scorecard dan Penilai:
a. Keuangan dan non keuangan,
b. Jangka pendek dan jangka panjang,
c. Intern dan ekstern.
Dan sisi yang dinilai:
Personil yg dinilai harus mempertimbangkan keseimbangan antara tuntutan tersebut di atasAspek Perimbangan
a Dua aspek Scorecard dan Penilai:
a. Keuangan dan non keuangan,
b. Jangka pendek dan jangka panjang,
c. Intern dan ekstern.
Dan sisi yang dinilai:
Personil yg dinilai harus mempertimbangkan keseimbangan antara tuntutan tersebut di atasStatement
• Balanced scorecard memperkenalkan empat proses manajemen yang baru, yang terbagi dan terkombinasi antara tujuan strategikjangka panjang dengan peristiwa-peristiwa jangka pendek. Keempat proses tersebut adalah (Kaplan dan Norton, 1996):
Menterj emahkan:
Visi, Misi dan Strategi Organisasi
• Untuk menentukan ukuran kinerja, Visi organisasi perlu dijabarkan dalam tujuan dan sasaran.
• Visi adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh Organisasi di masa mendatang.
• Untuk mewujudkan kondisi yang digambarkan dalam visi, organisasI perlu merumuskan strategi.
• Tujuan mi menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk mewujudkannya.
• Dalam proses perencanaan strategik, tujuan mi kemudian dijabarkan ke dalam sasaran strategik dengan ukuran pencapaiannya.
Tugas Pimpinan
• Memperjelas dan Menerjemahkan Vlsi dan Strategi Menghasilkan Konsensus
• Merencanakan dan Menetapkan sasaran
• Memadukan inisiatif strategis
• Mengalokasikan sumber daya
• Menetapkan tonggak-tonggak penting
• Mendidik dan Menetapkan tujuan Organ isasi
• Mengkaitkan imbalan dengan ukuran kinerja Balanced scorecard
• Mengartikulasikan isi bersama
• Memberikan umpan baNk strategis
• Memfasilitasi kegiatan
• Memaksimumkan arus KAS
21/11/2010
Harvest (Cash Flow Maximum)
Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang masuk ke perusahaan. Sasaran keuangan untuk harvest adalah cash flow maksimum yang mampu dikembalikan dan investasi dimasa lalu.
Score Card +Alat
• Balance Score Card +Alat untuk menghitung seberapa besar kontribusi SDM terhadap lembaga.
• Malcom Baidrige, adalah sistem audit dimana Auditomya hrs dan Amerika.
• ISO, adalah sistem hitung intemasional di mana auditornya harus bertaraf intemasional
21/Il
Performance Measurement
Balanced Scorecard Framework
What mustwe... excel at?.
L
Objectives Targets Objectives Targets
Measures Initiatives Measures Initiatives
jati0n2
Objectives Targets
I Measures Initiatives
Pqapted from Huw can siis.ainr abdlty
‘n:dSorecard .. ;. ... ...
1621/Il
Statement
• Balanced Scorecard sebagai suatu kerangka kerja tindakan strategis
• Balanced Scorecard tidak hanya sekedar alat pengukur kinerja perusahaari tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategik secara total kepada seluruh tingkatan dalam organisasi.
• Dengan pengukuran kinerja yang komprehensiftidak hanya merupakan ukuran-ukuran keuangan tetapi penggabungan ukuranukuran keuangan dan non keuangan maka perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan lebih baik.
Tujuan BS
Untuk menunjang proses manajemen
(dikembangkan oleh Norton pada tahun 1990)
Suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam mewujudkan kinerja, yang mana keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang (Mulyadi dan Johny Setyawan,’
1999).
Mengintip sistem kerja
“Balance Scorecard”
1. Perspektif Keuangan
2. Perspektif Pelanggan
3. Perspektif Proses bisns internal
4. Perspektif Proses Pebelajaran dan Pertumbuhan.
Perspektif dalam Balance Scorecard
rperspektif Perspektif
Keuangan Pelanggan
Perspektif Proses bisnis internal Perspektif proses pebelajaran dan pertumbuhan
Bi1a
Bila
Empat perspektif untuk mengukur
kinerja Sekolah
U/ menjawab pertanyaan pokok (Kaplan dan Norton, 1996)
• Bagaimana penampilan • Perspektif Keuangan
keuangan sekolah dimata
Yayasan
Perspektif Pelanggan
(Kesesuaian hasH yg didapat)
• Bagaimana pandangan para siswa terhadap sekolah?
• Apa yang menjadi • Perspektif proses internal
keunggulan Sekolah?
• Apa perbaikan yang terus • Perspektif pembelajaran dan
menerus dilakukan, dan apa pertumbuhan
penciptakan nilai secara berkesinambungan?
Kartu Kesimbangan
SDM/ Organisasi
• Balance Scorecard (Kartu skor), yang akan diwujudkan personiL! organisasi di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya.
• Hasil perbandingan mi digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja personil /
organisasi yang bersangkutan.
• Kinerja personil / organisasi diukur secara berimbang.
Aspek Perimbangan
a Dua aspek Scorecard dan Penilai:
a. Keuangan dan non keuangan,
b. Jangka pendek dan jangka panjang,
c. Intern dan ekstern.
Dan sisi yang dinilai:
Personil yg dinilai harus mempertimbangkan keseimbangan antara tuntutan tersebut di atasAspek Perimbangan
a Dua aspek Scorecard dan Penilai:
a. Keuangan dan non keuangan,
b. Jangka pendek dan jangka panjang,
c. Intern dan ekstern.
Dan sisi yang dinilai:
Personil yg dinilai harus mempertimbangkan keseimbangan antara tuntutan tersebut di atasStatement
• Balanced scorecard memperkenalkan empat proses manajemen yang baru, yang terbagi dan terkombinasi antara tujuan strategikjangka panjang dengan peristiwa-peristiwa jangka pendek. Keempat proses tersebut adalah (Kaplan dan Norton, 1996):
Menterj emahkan:
Visi, Misi dan Strategi Organisasi
• Untuk menentukan ukuran kinerja, Visi organisasi perlu dijabarkan dalam tujuan dan sasaran.
• Visi adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh Organisasi di masa mendatang.
• Untuk mewujudkan kondisi yang digambarkan dalam visi, organisasI perlu merumuskan strategi.
• Tujuan mi menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk mewujudkannya.
• Dalam proses perencanaan strategik, tujuan mi kemudian dijabarkan ke dalam sasaran strategik dengan ukuran pencapaiannya.
Tugas Pimpinan
• Memperjelas dan Menerjemahkan Vlsi dan Strategi Menghasilkan Konsensus
• Merencanakan dan Menetapkan sasaran
• Memadukan inisiatif strategis
• Mengalokasikan sumber daya
• Menetapkan tonggak-tonggak penting
• Mendidik dan Menetapkan tujuan Organ isasi
• Mengkaitkan imbalan dengan ukuran kinerja Balanced scorecard
• Mengartikulasikan isi bersama
• Memberikan umpan baNk strategis
• Memfasilitasi kegiatan
• Memaksimumkan arus KAS
21/11/2010
Harvest (Cash Flow Maximum)
Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang masuk ke perusahaan. Sasaran keuangan untuk harvest adalah cash flow maksimum yang mampu dikembalikan dan investasi dimasa lalu.
Score Card +Alat
• Balance Score Card +Alat untuk menghitung seberapa besar kontribusi SDM terhadap lembaga.
• Malcom Baidrige, adalah sistem audit dimana Auditomya hrs dan Amerika.
• ISO, adalah sistem hitung intemasional di mana auditornya harus bertaraf intemasional
21/Il
Performance Measurement
Balanced Scorecard Framework
What mustwe... excel at?.
L
Objectives Targets Objectives Targets
Measures Initiatives Measures Initiatives
jati0n2
Objectives Targets
I Measures Initiatives
Pqapted from Huw can siis.ainr abdlty
‘n:dSorecard .. ;. ... ...
1621/Il
Langganan:
Postingan (Atom)